SURIAH - Gempa dahsyat M7,8 memporakporandakan Turki dan Suriah. Ribuan orang meninggal dunia dan seisi kota hancur luluh lantak.
Saat ini, hidup terasa bagaikan neraka bagi Ismael, seorang jurnalis yang berbasis di Provinsi Idlib, Suriah utara.
Pada pukul 04:18 waktu setempat, gempa besar berkekuatan 7,8 melanda. Segala sesuatu di sekelilingnya bergetar hebat selama dua menit.
"Kemudian gempa terasa semakin kuat," kata Ismail kepada saya melalui sambungan telepon yang terputus-putus.
Dia melihat dua bangunan tempat tinggal runtuh, yang berjarak sekitar 150 meter dari tempat dia berdiri. Ketika itu, dia merasa benar-benar bingung dalam kegelapan yang tiba-tiba.
"Itu seperti skenario kiamat," katanya. "Saya mulai membayangkan bagaimana saya harus menyelamatkan putra saya dari puing-puing."
Semenit kemudian, dia melihat putranya Mustafa berlari ke arahnya, sambil berteriak dan menangis.
Mustafa telah merobek infusnya sendiri, dan darah mengalir di lengannya.
Hingga satu jam, tidak ada yang bisa menjangkau bangunan yang runtuh. Mereka juga tidak bisa memanggil unit pertahanan sipil karena listrik dan jaringan internet mati.
Unit pertahanan sipil adalah satu-satunya unit tanggap darurat di tengah tidak berjalannya layanan pemerintah, namun skala kehancuran akibat gempa ini membuat mereka tidak mungkin menjangkau seluruh orang yang terdampak.
Beberapa jam kemudian, Ismael pergi untuk memastikan situasi di seluruh Provinsi Idlib.