Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Skandal Seks Menggemparkan di Kastil Gubernur Jenderal dan Asal-Usul Istilah Hidung Belang

Solichan Arif , Jurnalis-Kamis, 02 Maret 2023 |16:54 WIB
Skandal Seks Menggemparkan di Kastil Gubernur Jenderal dan Asal-Usul Istilah Hidung Belang
Kisah skandal seks menggemparkan pernah terjadi di lingkungan kastil kediaman Gubernur Jenderal Hindia Belanda JP Coen. (Ilustrasi/Commons Wikimedia)
A
A
A

JAKARTA - Skandal seks yang memalukan sekaligus menghebohkan pernah terjadi di lingkungan kastil kediaman Gubernur Jenderal Hindia Belanda, Jan Pieterszoon (JP) Coen (1587-1629), di Batavia (Jakarta).

Skandal seks memalukan itu melibatkan Sara Specx. Ia adalah putri Jacques Specx, anggota Dewan Hindia, yang merupakan sahabat karib JP Coen.

JP Coen marah besar. Meski Sara adalah putri sahabatnya, hukum harus tetap ditegakkan.

“Coen ingin hukum ditegakkan. Ia tidak ingin menjilat ludahnya sendiri,” demikian dikutip dari buku Bukan Tabu Nusantara (2018).

Sara Specx merupakan gadis rupawan. Ibunya merupakan perempuan Jepang yang menjadi gundik Jacques Specx. Sara lahir di Jepang. Ia lalu dibawa orangtuanya ke Hindia Belanda.

Pada 1627, Jacques menitipkan putrinya kepada JP Coen. Hal itu lantaran Jacques mendapat panggilan tugas kembali ke Belanda dan harus dipenuhinya. Jacques percaya sahabatnya itu mampu mengasuh putrinya.

Coen tidak menolak amanah yang disampaikan Jacques.

“Coen mengangguk sambil menatap anak perempuan itu (Sara Specx)”.

Sara pun tinggal di kastil tempat JP Coen tinggal.

Ia menjadi staatdochter atau putri negara. JP Coen juga mempekerjakannya sebagai salah satu pengiring istrinya, Eva Ment.

Di tengah kesibukannya, Sara ternyata diam-diam menjalin hubungan asmara dengan Piter Jacobszoon Cortenhoeff, seorang vaandrig atau serdadu bawahan yang biasa menjaga kastil Batavia.

Piter merupakan pemuda kelahiran Arakan (Myanmar). Ayahnya seorang koopman atau pedagang Belanda yang menikahi perempuan pribumi. Sara terpesona dengan ketampanan Piter Jacobszoon, yang ditemuinya setiap hari.

Keduanya lupa daratan. Suatu malam, keduanya kepergok tengah memadu kasih di dalam kastil. Kabar skandal seksual itu lalu dengan cepat menyebar luas.

JP Coen adalah seorang puritan. Ia memegang erat ajaran calvinis. Peristiwa yang memalukan itu membuat mukanya tertampar. Menurutnya, pelaku pelanggaran seksual harus dihukum berat.

“Karena selama ini ia ingin memberikan teladan yang baik dan berupaya memerangi sifat-sifat buruk hamba kompeni bermoral bejat”.

Pada 6 Juni 1629, hukuman berat dijatuhkan. Eva Ment dan Dewan Gereja sudah berusaha membujuk JP Coen untuk membatalkan hukuman. Namun, JP Coen tetap menjatuhkan hukuman.

Akhirnya, Piter Jacobszoon dihukum pancung. Namun, sebelum dipenggal, wajah tampan Pieter, terutama hidung, dicoreng arang oleh algojo. Ini sebagai tanda pelaku pencabulan.

Saat kepala Pieter yang terputus itu menggelinding di atas tanah, warga menyaksikan bagian hidung mayat yang belang oleh coretan arang. Warga menyebut kepala si hidung belang.

Sementara itu, Sara Specx dipaksa menyaksikan kekasihnya dihukum pancung. Selain itu, Sara dicambuk, ditelanjangi, dan sekaligus dipertontonkan di depan masyarakat.

Hukuman berat yang dijatuhkan JP Coen tidak hanya menggemparkan Hindia Belanda, tapi juga Belanda. Bahkan pada 1843 kisah skandal Sara Specx dituangkan dalam sebuah kisah oleh WL Ritter, seorang jurnalis.

Kisah berbahasa Belanda itu diberi judul Sarah Specx, Batavia 1629 yang diterbitkan Tijddschrift voor Nederlands-Indie.

(Erha Aprili Ramadhoni)

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement