JAKARTA - Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara (TNI-AU) merupakan salah satu matra TNI yang bertanggung jawab atas operasi pertahanan Republik Indonesia di udara.
Cikal bakal TNI AU bermula dari Tentara Keamanan Rakyat (TKR) Bagian Penerbangan, hingga kemudian menyandang nama TNI AU. Terbentuknya TNI AU tentu saja tak bisa lepas dari peran tokoh-tokoh pendirinya. Lalu siapa saja tokoh di balik berdirinya TNI AU?
1. Oerip Soemohardjo
Nama Oerip Soemohardjo atau Urip Sumoharjo tak bisa dilepaskan dari pembentukan angkatan bersenjata Indonesia. Ia pula yang menggagas dibentuknya angkatan udara sebagai bagian dari kekuatan tentara RI. Urip diminta pemerintah untuk menyusun organisasi tentara hingga akhirnya terbentuklah TKR pada Oktober 1945. Setelah itu, Urip yang menjabat Kepala Staf Umum menyampaikan gagasan untuk membentuk kekuatan udara. Ia pun memanggil Soerjadi Soerjadarma untuk mewujudkannya dan terbentuklah TKR Bagian Penerbangan.
Urip Sumoharjo adalah tentara yang mendapatkan pangkat Mayor Jenderal dari KNIL (Koninklijk Nederlands-Indische Leger). Pria yang lahir di Purworejo pada 22 Februari 1893 ini hanya kalah satu suara dari Soedirman dalam pemilihan Panglima TKR. Urip meninggal dunia pada 17 November 1948. Oleh pemerintah Indonesia, Urip Sumoharjo diberikan pangkat Jenderal TNI (Anumerta).
2. Soerjadi Soerjadarma
Soerjadi Soerjadarma atau Suryadi Suryadarma adalah tokoh pendiri TNI AU. Ia melaksanakan perintah untuk membentuk angkatan udara, mulai September 1945 usai menemui Kepala Staf Umum Urip Sumoharjo. Saat itu, Suryadi benar-benar bergerak dari nol karena banyak menemui kendala di berbagai bidang, mulai dari terbatasnya SDM dan alutsista hingga persoalan anggaran. Namun, TKR Bagian Penerbangan berhasil dibentuk hingga akhirnya menjadi Tentara Republik Indonesia Angkatan Udara (TRI AU) pada 9 April 1946. Tanggal inilah yang kemudian menjadi hari jadi TNI AU.
Suryadi, yang lahir pada 6 Desember 1912, menempuh pendidikan militer pertamanya di KMA (Koninklijke Militaire Academic) Belanda selama 3 tahun. Ia menjadi Kepala Staf TNI AU sejak 1946-1962 dan Panglima ABRI periode 1959-1962. Selanjutnya, pada 1966, ia diangkat sebagai Menteri Perhubungan Pos dan Telekomunikasi. Suryadi Suryadarma meninggal pada 16 Agustus 1975. Ia mendapat pengukuhan sebagai “Bapak AURI (Angkatan Udara Republik Indonesia)” pada tahun 2000.
3. Halim Perdanakusuma
Abdul Halim Perdanakusuma dilahirkan di Sampang Madura pada 18 November 1922 dari pasangan Haji Abdul Gani Wongsotaruno dan Raden Ayu Aisah. Karier militernya diawali saat Halim menempuh pendidikan sebagai calon perwira kapal torpedo dan menjadi bagian dari Angkatan Laut Hindia Belanda. Ia sempat ditawari untuk melanjutkan pendidikan militer di Inggris, namun ditolaknya. Halim memilih untuk melanjutkan pendidikan penerbangan di Kanada.
Tak lama setelah kembali ke Tanah Air, Halim Perdanakusuma dipanggil oleh Kepala Staf Angkatan Udara Republik Indonesia Suryadi Suryadarma ke Yogyakarta. Ia diminta untuk memperkuat Angkatan Udara Indonesia yang baru didirikan. Sejak itulah, Halim Perdanakusuma berperan di TNI AU. Karena jasanya di dunia penerbangan, nama Halim Perdanakusuma diabadikan menjadi nama bandara di Jakarta Timur.
4. Adisutjipto
Nama Adisutjipto melekat sebagai salah satu tokoh penting di TNI AU. Ia lahir di Salatiga, 4 Juli 1916 dan akrab dengan sapaan Tjip. Keinginannya untuk menggeluti bidang penerbangan sempat ditentang keras ayahnya. Akhirnya Tjip pun menuruti kemauan ayahnya untuk melanjutkan pendidikan di bidang kedokteran dengan bersekolah di Sekolah Tinggi Kedokteran, Jakarta. Namun ia masih memiliki keinginan kuat untuk terjun di dunia penerbangan. Ia berhasil lulus tes penerimaan di Sekolah Pendidikan Penerbangan Militer, Kalijati dan diizinkan ayahnya untuk meneruskannya.
Tjip diterima sebagai kadet penerbang dan terkenal sebagai siswa cerdas serta aktif. Perjalanan kariernya di militer penerbangan pun dimulai. Ia diangkat menjadi Komodor Muda Udara dan diberikan tugas di bidang pendidikan oleh Komodor Udara R Suryadi Suryadarma yang saat itu menjadi Kepala Angkatan Udara. Di usia 31 tahun, Adisutjipto gugur saat pesawat Dakota VT-CLA yang ditumpanginya ditembak oleh tentara Belanda hingga akhirnya terjatuh.
5. Abdulrahman Saleh
Abdulrahman Saleh merupakan anak dari Mohammad Saleh, tokoh besar di dunia kedokteran. Lahir dari keluarga kedokteran, Abdulrahman Saleh yang akrab disapa Maman ini juga sempat melanjutkan pendidikan di bidang kedokteran. Hingga kemudian, setelah kemerdekaan Indonesia, ia mengalihkan perhatiannya pada perjuangan di bidang kedirgantaraan dengan memilih berjuang di Angkatan Udara Republik Indonesia (AURI).
Pada saat AURI masih dalam pertumbuhan, ia bersama perintis Angkatan Udara lainnya tidak mengenal lelah dan gentar untuk mengembangkan kejayaan sayap tanah air. Di Yogyakarta, ia belajar mengemudikan pesawat Cureng bersayap dua, dengan Adisutjipto bertindak sebagai instrukturnya.
Pada tahun 1946, tugasnya dipindahkan untuk menjabat sebagai Komandan Pangkalan Udara Maospati (Madiun) dan tinggal di Malang dan kemudian mendirikan Sekolah Teknik Udara yang pertama.
(Fahmi Firdaus )