RAJA MAJAPAHIT Jayanegara tewas ditusuk saat sedang diobati sakit bisulnya. Raja yang memiliki ilmu kebal disuruh melepas jimatnya saat akan diobati. Nahas, kesempatan itu dimanfaatkan Ra Tanca untuk menusuknya hingga tewas.
Ra Tanca, salah satu anggota Dharmaputra, jabatan yang dibentuk Raden Wijaya, pendiri kerajaan Majapahit. Ia melakukan itu karena dendam.
Dharmaputra beranggotakan tujuh orang, antara lain, Ra Kuti, Ra Semi, Ra Tanca, Ra Wedeng, Ra Yuyu, Ra Banyak, dan Ra Pangsa. Namun, para anggota Dharmaputra itu tewas karena melakukan pemberontakan. Hanya Ra Tanca yang selamat dari pemberontakan Ra Kuti tahun 1319.
Ra Tanca merupakan Tabib Istana. Dalam Serat Pararaton, dendamnya berkecamtuk pada Jaya Negara setelah istrinya diperlakukan tidak senonoh oleh Raja. Ditambah dendam atas kematian teman-teman seperjuangannya di Dharmaputra.
Ra Tanca pun menemui Gajah Mada pada 1328. Ia bermaksud untuk menyampaikan keluhan istrinya. Ra Tanca menerima laporan dari istrinya bahwa Raja berniat menikahi dua saudara tirinya, Dyah Gitarja atau Tribhuwana Tunggadewi dan Dyah Wiyat atau Sri Rajadewi.
Namun, Gajah Mada tidak segera bertindak setelah menerima laporan itu. Hingga akhirnya Ra Tanca yang merupakan abdi setia mendiang Raden Wijaya, mengambil tindakan sendiri saat mendapatkan kesempatan mengobati Jayanegara.
Suatu ketika Jayanegara terkena sakit bisul yang membuatnya tak bisa berjalan karena pembengkakan. Kemudian, Gajah Mada memanggil Ra Tanca ke Istana untuk mengobati penyakit Raja.
Ra Tanca tak menyia-nyiakan kesempatan tersebut. Ia pun mempersiapkan alat operasi yang sanggup dijadikan sebagai alat bunuh.
Ia menggunakan alat operasi karena dalam kamar Raja, Ra Tanca tidak diperkenankan membawa senjata. Ra Tanca pun menusukkan pisau operasi (taji) pada bagian tubuh Jaya Negara yang membengkak.
Nahas, sang Raja rupanya kebal senjata. Dengan cerdik, Ra Tanca beralasan ingin melakuakn operasi penyakit sang Raja hingga memintanya untuk melepaskan jimat kebalnya.
Permintaan Ra Tanca dituruti Jaya Negara. Ra Tanca pun bisa menusukkan pisaunya sampai Jaya Negara tewas. Sementara Gajah Mada yang memergoki peristiwa pembunuhan itu, langsung menusuk Ra Tanca hingga akhirnya tewas tersungkur.
Namun, perbuatan Gajah Mada membunuh Tanca tanpa pengadilan menimbulkan kecurigaan. Bahkan, Gajah Mada dianggap dalang pembunuhan Jayanagara sesungguhnya, menurut sejarawan Slamet Muljana.
Saat itu, Gajah Mada sedang menjabat sebagai patih Daha dan dekat dengan Dyah Wiyat. Sehingga memunculkan kecurigaan Gajah Mada sengaja memancing amarah Tanca dengan pura-pura tidak peduli supaya Tanca sendiri yang mengambil tindakan.
Hingga kemudian Tanca membunuh raja. Lalu, oleh Gajah Mada, Tanca juga dibunuh untuk menghilangkan jejak. Gajah Mada pun berhasil menyelamatkan Dyah Wiyat dari nafsu buruk Jayanagara tanpa harus mengotori tangannya dengan darah raja tersebut.
(Arief Setyadi )