JAYAPURA - Tradisi bakar batu atau kerap disebut Barapen merupakan tradisi turun temurun masyarakat di wilayah Pegunungan Papua. Khususnya masyarakat di wilayah adat Me Pago dan La Pago, yang saat ini menjadi Provinsi baru, yakni Papua Pegunungan dan Papua Pegunungan Tengah.
Tradisi ini dilakukan dalam berbagai momen, utamanya dijadikan pesta bertanda kerukunan atau jalanan persahabatan. Mulai prosesi damai setelah perang suku atau dalam acara formal syukuran atas pengukuhan ketokohan atau lainnya.
Bakar batu kerap dilakukan dengan memasak daging babi atau dalam bahasa masyarakat Pegunungan disebut Wam.
Namun, berbeda dari kebanyakan, masyarakat di Distrik Welesi Kabupaten Jayawijaya, Provinsi Papua Pegunungan Tengah, yang mayoritas warganya memeluk agama Islam memasak daging ayam dalam tradisi bakar batu. Tentu ini menyangkut akidah atas perintah agama untuk tidak memakan daging babi.
Bagi umat muslim Welesi (Walesi), tradisi tidak boleh ditinggalkan, melainkan harus tetap dipegang teguh sebagian wujud pelestarian budaya leluhur dimanapun mereka berada.
Seperti yang dilakukan pada perayaan Halal Bihalal Ikatan Keluarga Wilayah Welesi (IKWW) pada Sabtu (20/5/2023).
Ratusan ekor ayam dan umbi dimasak dalam acara rutin yang digelar saat perayaan hari raya. Selain komunitas IKWW turut hadir Forum Zakat (FUZ) Pusat dan Provinsi Papua.
Puluhan warga berkumpul termasuk organisasi amil zakat yang tergabung dalam FUZ Papua. Berdasarkan pantauan, acara persiapan dimulai sejak pagi. Warga bergotong royong mempersiapkan sarana yang akan digunakan, mulai mengumpulkan batu kali, membuat lubang di tanah, hingga mempersiapkan sayur-sayurannya dan membersihkan ayam yang akan dimasak.
Tradisi bakar batu memang tradisi yang menjunjung tinggi kebersamaan, lantaran butuh banyak tenaga untuk memasak. Mulai persiapan hingga penyajian.
Sebagaimana diketahui, warga di Distrik Welesi Kabupaten Jayawijaya utamanya yang tergabung dalam IKWW terdiri atas beberapa agama, yaitu Islam, Kristen Protestan, dan Kristen Katolik. Nah dalam momen-momen hari raya, baik keagamaan Muslim maupun Nasrani, seluruh warga berkumpul bersama. Tidak memandang keyakinan seseorang, namun kekeluargaan sebagai sesama warga Welesi yang dikedepankan.
Sama halnya saat halal bihalal tersebut. Perangkat panitia halal bihalal diisi warga yang beragama lain.
Ketua panitia Halal Bihalal, Muksin Yalipele mengakui, halalbihalal menjadi sarana silaturahmi bagi seluruh warga Walesi, bukan hanya umat muslim. Utamanya yang berada di sekitar Kota Jayapura.
"Jadi yang tergabung dalam Ikatan Keluarga Wilayah Walesi ini ada tiga agama, Islam, Katolik dan Kristen Protestan. Jadi semua ada di sini, mereka berkumpul bersama kami untuk menyelenggarakan halalbihalal ini. Halalbihalal adalah momen bagi kami untuk mempererat tali persaudaraan. Apapun agamanya, kami adalah anak Walesi," kata Muksin.
"Hari ini kami juga kedatangan tamu dari teman-teman Forum Zakat (FUZ) di Papua, kami sangat berterima kasih atas kehadiran serta bantuannya," ucapnya.
Ketua Forum Zakat Wilayah Papua Mohammad Huri mengatakan pihakknya bersama Forum Zakat (FUZ) Pusat dari Jakarta turut serta merayakan halalbihalal bersama masyarakat Muslim Welesi di Angkasa Pura. Pihaknya mengapresiasi sambutan hangat yang diberikan dengan tradisi Barapen.
"Kami sangat berharap dengan semangat kebersamaan yang dicontohkan saudara kami muslim Wamena dalam tradisi Barapen ini, semoga Forum Zakat Papua bisa menyatu dengan masyarakat dan mampu memberikan manfaat yang lebih luas untuk masyarakat Papua," ucapnya.
Sementara Ketua Bidang IV Inovasi Forum Zakat Pusat, Citra Widuri, mengaku takjub dengan susunan tradisi dibalut kebersamaan dan toleransi yang ditunjukkan umat muslim Welesi Wamena Jayawijaya.
"Kami sangat bersyukur dan berterima kasih diberikan kesempatan untuk bersama-sama dalam halalbihalal ini, karena biasanya hanya dilakukan keluarga besar Welesi. Kami disuguhkan dengan pemandangan yang luar biasa. Meski komunitas ini terdiri atas berbagai umat beragama, namun kebersamaan dan toleransi terus terpupuk dengan baik," ucap Citra takjub.
Dikatakan, sikap toleransi dan saling menghormati masyarakat Welesi menjadi budaya yang bisa dijadikan teladan bagi seluruh masyarakat Indonesia.
"Ini merupakan satu budaya yang haris kita teladani. Kami sangat bersyukur sekali bisa terlibat langsung dengan agenda Ikatan Keluarga Wilayah Welesi. Ini memberikan kami inspirasi, bahwa toleransi antarumat beragama itu betul-betul nyata dan bisa kita buktikan di Bumi Papua," tuturnya.
Dalam acara tersebut, diberikan sumbangan 100 paket sembako dari Forum Zakat kepada muslim Welesi di Angkasapura. Total paket sembako sebanyak 616 paket, yang akan diberikan kepada penerima zakat di beberapa wilayah di Papua.
(Erha Aprili Ramadhoni)