PEMBENTUKAN pasukan Korps Baret Merah atau Kopassus berawal ketika Pimpinan Angkatan Perang RI mengerahkan pasukan yang dipimpin Panglima Teritorium III Kolonel Inf Alexander Evert Kawilarang dengan Komandan Operasinya Letkol Slamet Riyadi menumpas pemberontakan bersenjata di Maluku.
Pemberontakan dilakukan sekelompok orang yang menamakan dirinya Republik Maluku Selatan (RMS) pada Juli 1950. Meski berhasil menumpas pemberontak, berjatuhan korban yang tidak sedikit dari pihak TNI. Banyaknya prajurit TNI yang gugur ini bukan hanya disebabkan tingginya semangat pasukan musuh dan persenjataan yang lengkap, melainkan karena taktik, pengalaman tempur yang baik, didukung kemampuan tembak tepat dan gerakan perorangan.
Kisah Prajurit Kopassus Hadapi Dukun Sakti Anggota G30S PKI yang Kebal Peluru
Peristiwa inilah yang mengilhami Letkol Slamet Riyadi menggagas satuan pemukul yang dapat digerakan secara cepat dan tepat untuk menghadapi berbagai sasaran di medan yang berat sekalipun. Setelah gugurnya Letkol Slamet Riyadi saat pertempuran di Kota Ambon, gagasan tersebut dilanjutkan Kolonel AE Kawilarang.
Pada November 1951, Kolonel AE Kawilarang ditunjuk sebagai Panglima TT III/Siliwangi. Eks prajurit KNIL itu pun mengeluarkan Instruksi Panglima Tentara dan Teritorium III Nomor 55/Instr/PDS/52 tanggal 16 April 1952 tentang pembentukan Kesatuan Komando Tentara dan Teritorium III atau Kesko III/Siliwangi yang menjadi cikal bakal Korps Baret Merah Kopassus.
“Di benaknya (Kawilarang-red), pasukan khusus itu harus menjadi kesatuan yang ramping memiliki keahlian individu yang tinggi serta bermobilitas tinggi,” tulis buku berjudul “Kopassus untuk Indonesia”, dikutip Sabtu (31/12/2022).
BACA JUGA:
AE Kawilarang yang lahir di Meester Cornelis sekarang Jatinegara pada 23 Februari 1920 ini selanjutnya memerintahkan Letda Aloysius Sugianto untuk mencari pelatih yang akan membantu pembentukan kesatuan pasukan khusus yang berbasis di bekas pangkalan Korps Speciale Troepen (KST) di Batujajar, Bandung, Jawa Barat.
Saat itu, diputuskan Mayor Moch Idjon Djanbi mantan Kapten KNIL dan yang pernah bergabung dengan KST dan bertempur dalam Perang Dunia II sebagai Komandan pertama.
Dalam perjalanannya, satuan ini mengalami sejumlah perubahan nama. Perubahan itu di antaranya Kesatuan Komando Angkatan Darat (KKAD) pada 1953, Resimen Pasukan Komando Angkatan Darat (RPKAD) pada 1952. Kemudian pada 1955 berubah nama menjadi Resimen Para Komando Angkatan Darat (RPKAD).
Pada 1966, RPKAD kembali berganti nama menjadi Pusat Pasukan Khusus TNI AD (Puspassus TNI AD). Berikutnya pada 1971 berganti lagi menjadi Komando Pasukan Sandhi Yudha (Kopassandha). Setelah 1985, satuan ini berganti nama menjadi Komando Pasukan Khusus (Kopassus) sampai sekarang.
(Qur'anul Hidayat)