RAJA Airlangga konon harus memindahkan ibu kota kerajaan yang dibangunnya beberapa kali. Selain karena faktor dikuasai musuh, alam juga menjadi penyebab sang raja memutuskan memindahkan ibu kota Kerajaan Kahuripan yang dipimpinnya.
Airlangga sendiri membangun kerajaan pasca Kerajaan Mataram Kuno era Medang di masa Mpu Sindok dikuasai musuh. Saat itu raja Mpu Sindok meletakkan ibu kota kerajaan pada kuartal pertama abad 10 ialah di Watu Galuh, kira-kira letaknya di sekitar Jombang.
Prof. Slamet Muljana pada "Tafsir Sejarah Nagarakretagama", dikisahkan pada zaman pemerintahan Raja Dharmawangsa, sejak akhir abad 10, ibu kota itu telah dipindahkan ke arah timur ke Watan di kaki Gunung Pananggungan di sebelah selatan Sidoarjo, tempat dimakamkan Raja Dharmawangsa.
BACA JUGA:
Raja Dharmawangsa sendiri jatuh sebagai korban serangan mendadak Raja Wurawari pada tahun 1006, seperti dinyatakan dalam prasasti Pucangan, 1041. Sementara sang Airlangga yang kala itu tengah melaksanakan pesta pernikahan berhasil kabur.
Balas dendam pun dilakukan oleh Airlangga, usai menghimpun kembali kekuatan pasukanmya. Raja Wurawuri yang menghabisi nyawa ayahnya berhasil dibalas oleh Airlangga.
BACA JUGA:
Tak hanya itu, ia juga berhasil merebut kembali kerajaan yang didudukinya. Tetapi ibu kota Watan ditinggalkan karena Raja Airlangga, menurut prasasti Cane tahun 1021 dan membangun ibu kota baru di kaki Gunung Pananggungan, bernama Watan Mas.
Prasasti Terep bertarikh tahun 1032, menguraikan bahwa Raja Airlangga dalam kejaran musuh lari dari Watan Mas menuju Desa Patakan.