JAKARTA - Setelah dikembalikan ke Tanah Air pada tahun 2021 silam, wajar bila publik bertanya Keris Kanjeng Naga Siluman milik Pangeran Diponegoro sekarang ada di mana?
Dilansir dari berbagai sumber, Rabu (9/8/2023), keris Pangeran Diponegoro tersebut disimpan dan menjadi koleksi dari Museum Nasional, di Jakarta. Sejak dipulangkan ke Indonesia tahun 2020, Keris Pangeran Diponegoro disimpan dan dirawat di Museum Nasional Jakarta.
Pada masa lampau keris tersebut dipakai Pangeran Diponegoro dengan gigihnya saat berperang melawan Belanda. Saat ini benda bersejarah tersebut dipamerkan di Lantai 4 Gedung B Museum Nasional, terakhir pada Desember 2020.
Keris Kanjeng Naga Siluman merupakan salah satu keris peninggalan sejarah bangsa Indonesia. Walau banyak perdebatan mengenai kesahihan informasi, namun umumnya menyebutkan keris terbuat dari besi hitam dan memiliki 11 look.
Gandiknya berbentuk kepala naga dan terdapat badan naga memanjang mengikuti bilah warangka keris berbentuk ladrang atau brangah.
Keris itu disebut-sebut selalu dibawa Pangeran Diponegoro ketika berperang melawan Belanda pada tahun 1825 hingga tahun 1830. Lalu keris tersebut dibawa ke Belanda oleh Kolonel Jan-Baptis Cleerens yang tak lain adalah komandan pasukan Belanda dalam perang Jawa setelah perang tersebut berakhir.
Keris tersebut kemudian menjadi semacam hadiah kepada Raja Wilhelm 1 sebagai simbol kemenangan pasukan Belanda atas Pangeran Diponegoro usai melakukan perang panjang dan menghabiskan keuangan pemerintah Belanda.
Direktur Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Kemendikbudristek Hilmar Farid pernah mengatakan keris Kanjeng Kiai Naga Siluman milik Pangeran Diponegoro sudah selama 137 tahun disimpan di Museum Volkenkunde, Leiden. Sebelumnya keris ini disimpan di Koninklijk Kamer van Zeldzaamheden (Koleksi Langka dan Istimewa Kerajaan) di Den Haag.
Kembalinya keris tersebut menjadi yang ketiga kalinya pengembalian pusaka sang pangeran dari negeri Belanda. Sebelumnya, pusaka tombak Kanjeng Kiai Rondhan, pelana kuda Kanjeng Kiai Gentayu, dan payung kebesaran Diponegoro (payung berlapis prada) telah dikembalikan pada 7 Oktober 1977, kemudian tongkat Kanjeng Kiai Cokro kembali ke Indonesia pada 5 Februari 2015.
Pemulangan benda-benda pusaka milik Pangeran Diponegoro dari Belanda, sejalan dengan efisiensi oleh Pemerintah Belanda yang kesulitan merawat puluhan ribu benda bersejarah milik Indonesia. Pemeliharaan di museum memerlukan berbagai fasilitas khusus, seperti suhu ruangan tertentu dan berbagai kebutuhan teknis lainnya.
Pengembalian keris juga merupakan kelanjutan dari perjanjian tahun 1975 yang fokus pada benda-benda bersejarah milik rakyat Indonesia yang diperoleh dengan kekerasan di masa lampau.
(Hafid Fuad)