CERITA tentang Orang Kalang atau Wong Kalang masih menjadi misteri. Mitos menyebutkan seorang putri mengawini seekor anjing lantaran termakan sumpahnya sendiri. Cerita semacam itulah yang memunculkan mitos, Orang Kalang memiliki ekor.
Dalam buku "Orang-orang Golongan Kalang (1971)" disebutkan bahwa Wong Kalang sebagai kelompok yang tersisih secara sosial. Orang-orang Kalang dipaksa tinggal di daerah pengasingan, seperti pantai yang berpaya-paya, tepi sungai, lereng gunung-gunung, dan tanah tandus.
BACA JUGA:
Sebagian Wong Kalang hidup mengembara di hutan-hutan di Tanah Jawa. Lingkungan yang keras menempa mereka menjadi pekerja keras.
Lantas, bagaimana kebenaran soal ekor yang diceritakan dalam mitos itu? Ternyata tentang "ekor" itu bisa dibuktikan secara ilmiah. Seorang keturunan orang kalang membuka rahasia itu.
Derry A, warga Ambarawa menceritakan, dirinya masih keturunan Orang Kalang generasi ke-5. "Saya tidak tahu secara teoritis tentang Kalang. Cuma di keluarga kata eyang, ada turunan Kalang dari Purworejo. Ada beberapa keturunan yang memang punya ‘ekor’. Tapi bukan ekor seperti binatang, tapi ada sedikit lebihan tonjolan di pangkal tulang punggung atau tulang di ekor. Paling cuma sekitar 1-2 cm dan tidak semua dari keluarga kami mempunyai kelainan genetis itu," ujarnya.
Sampai sekarang yang masih punya ‘ekor’ adalah tantenya bulik dengan keponakan, dua-duanya perempuan.