Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

3 Tokoh yang Berhasil Gagalkan Operasi Pasukan G30S PKI

Endang Oktaviyanti , Jurnalis-Selasa, 12 September 2023 |18:31 WIB
3 Tokoh yang Berhasil Gagalkan Operasi Pasukan G30S PKI
Ilustrasi salah satu tokoh G30spki (Foto:Istimewa)
A
A
A

JAKARTA - Tiga tokoh yang berhasil gagalkan pasukan G30S PKI memang begitu menarik untuk dibahas. Apalagi peringatan tragedi tersebut biasa diperingati setiap 30 September.

Pada tragedi mengenaskan tersebut, ada tujuh perwira yang telah tewas dengan sangat tidak mnusiawi. Mereka diculik, disiksa, dibunuh, ditembaki hingga akhirnya hayatnya.

Bahkan, jenazah para perwira itu di masukkan ke dalam sumur tua yang sempit, kemudian ditutup dengan sampah karet, tanah, dan ditanami pohon pisang utuh di atasnya untuk menutupi jejak.

Mereka adalah Letjen. Ahmad Yani, Mayjen. R. Soeprapto, Mayjen. Harjono, Mayjen. S. Parman, Brigjen D.I. Panjaitan, Brigjen Sutoyo, dan Lettu CZI. Pierre Andries Tendean.

Beruntung, ada tiga tokoh lainnya yang berhasil mengalahkan pasukan G30S PKI. Siapa sajakah mereka?

1. Jenderal Besar (Purn.) Soeharto

Kabar hilangnya Letnan Jenderal Ahmad Yani sampai pada telinga Soeharto yang saat itu menjabat sebagai Panglima Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Kostrad). Dia lantas mengambil kesimpulan bahwa para perwira tinggi TNI yang tidak diketahui keberadaannya itu telah diculik dan kemungkinan besar dibunuh.

Soeharto lantas mengambil alih pimpinan Angkatan Darat guna menindaklanjuti peristiwa yang terjadi pada 30 September tersebut.

Hal ini sebenarnya berdasarkan kebiasaan yang berlaku di Angkatan Darat bahwa bila Panglima Angkatan Darat berhalangan hadir, maka Panglima Kostrad yang akan menjalankan tugasnya.

Soeharto menggunakan empat cara untuk melemahkan pasukan G30S PKI. Pertama, dia gerakkan pasukan untuk menetralisir pasukan-pasukan G30S PKI yang tengah menguasai Medan Merdeka dan Monumen Nasional (Monas).

Kedua, Soeharto memerintahkan Sarwo Edhie Wibowo yang waktu menjabat sebagai Resimen Komando Pasukan Angkatan Darat (RKPAD), sekarang Komando Pasukan Khusus (Kopassus) untuk menduduki kembali gedung Pusat Telekomunikasi dan RRI.

Ketiga, usai RRI berhasil diduduki kembali oleh TNI, pada pukul 20.00 WIB 1 Oktober 1965, Soeharto menyampaikan di radio terkait apa yang telah terjadi dan menerangkan tindakan-tindakan apa telah diambil. Dia juga mengabarkan bahwa Soekarno dan AH Nasution dalam keadaan sehat serta selamat.

Keempat, pada 2 Oktober dini hari, Soeharto bersama dengan pasukan Sarwo Edhie dan

bantuan Yon 328 Para Kudjang/Siliwangi berhasil memukul mundur pasukan G30S PKI dari pangkalan udara Halim.

2. Komandan RKPAD, Sarwo Edhie Wibowo

Sarwo Edhie dan pasukannya berhasil menguasai gedung RRI dan Pusat Telekomunikasi pada pukul 06.30 WIB. Setelah itu, Sarwo Edhie dan pasukannya kembali memukul mundur pasukan G30S PKI bersama dengan Soeharto dengan merebut kembali Pangkalan Udara Halim pada 2 Oktober 1965 dini hari.

Setelah mendapat informasi dari Polisi Sukitman yang berhasil lolos dari penculikan pasukan G30S PKI, pada 4 Oktober 1965, pasukan Sarwo Edhie pun memimpin penggalian mayat para jenderal dari sumur Lubang Buaya.

3. Jenderal Besar (Purn.) AH Nasution

Jenderal Besar (Purn) AH Nasution menjadi satu-satunya Jenderal yang berhasil lolos dari incaran pasukan G30S PKI. Dia kemudian mengirim pesan kepada Soeharto yang sedang berada di markas Kostrad, mengatakan kepadanya bahwa dia masih hidup dan aman.

Saat itu, Nasution tidak meminta Soeharto untuk melibatkan Angkatan Udara karena dia menilai bahwa Panglima Omar Dhani yang mengepalai TNI AU saat itu adalah simpatisan G30S PKI.

Soeharto segera mengintegrasikan perintah tersebut ke dalam rencananya untuk mengamankan kota. Singkat cerita, berkat arahan AH Nasution, Soeharto yang dibantu oleh pasukan Sarwo Edhie Wibowo, berhasil mengamankan Jakarta dengan cepat dari pasukan G30S PKI.

 (RIN)

(Rani Hardjanti)

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement