NEW YORK – Mantan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengklaim bahwa turbin angin atau kincir angin di lepas pantai AS menyebabkan kematian paus dalam jumlah yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Klaim ini telah menarik perhatian besar di media sosial (medsos), di mana klip rekaman pidato Trump kini telah dilihat lebih dari sembilan juta kali.
Namun klaim Trump tidak didukung oleh bukti. Berikut fakta yang dikumpulkan dikutip BBC.
Apa yang diklaim?
Berbicara pada rapat umum di Carolina Selatan pada Senin (25/9/2023), Trump menyatakan bahwa kincir angin yang digunakan untuk menghasilkan listrik membuat paus menjadi ‘gila’, dan paus yang mati terdampar di pantai hampir terjadi setiap minggu.
Beberapa pegiat konservasi telah menyuarakan keprihatinan mengenai kematian paus di dekat pembangunan pembangkit listrik tenaga angin lepas pantai di lepas pantai timur AS.
Serangkaian terdamparnya paus ini menyebabkan beberapa anggota parlemen dari Partai Republik menyerukan penghentian sementara semua pengembangan pembangkit listrik tenaga angin lepas pantai. Mereka juga menyerukan penelitian lebih lanjut mengenai kemungkinan kaitannya dengan kematian paus bungkuk.
Sejak itu, ratusan postingan yang secara keliru mengaitkan pembangkit listrik tenaga angin dengan kematian paus telah menyebar di media sosial, dengan ratusan ribu penayangan.
Berapa banyak paus yang mati?
Badan Kelautan dan Atmosfer Nasional AS (NOAA) mengatakan, sejak 2016, sebanyak 208 paus bungkuk telah terdampar di sepanjang pantai timur negara tersebut.
Masalah ini dianggap sangat serius sehingga pada 2017, badan AS tersebut menjulukinya sebagai peristiwa kematian yang tidak biasa.
Data NOAA menunjukkan 2023 telah menjadi salah satu tahun terburuk dalam satu dekade terakhir dalam hal kematian paus bungkuk di AS. Adapun 33 paus diketahui terdampar sejauh ini.
Dalam pidatonya pada Senin (25/9/2023), Trump mengklaim bahwa hanya satu paus yang dibunuh di lepas pantai Carolina Selatan dalam 50 tahun terakhir.
Namun catatan dari Departemen Sumber Daya Alam Carolina Selatan menunjukkan bahwa, sejak 1993, setidaknya ada tujuh paus bungkuk yang terdampar di negara bagian tersebut.
Apakah ada bukti yang menghubungkan kematian paus dengan turbin angin?
Tidak ada bukti yang mendukung pernyataan Trump bahwa turbin angin lepas pantai membunuh ikan paus.
Pejabat NOAA melakukan pemeriksaan post-mortem terhadap sekitar 90 paus bungkuk yang ditemukan mati sejak 2016.
Empat puluh persen dari kematian tersebut terkait dengan interaksi manusia. Yakni paus terjerat jaring ikan, atau tertabrak oleh kapal yang melintasi tempat mencari makan.
Dalam kasus-kasus lainnya yang diselidiki oleh NOAA, faktor-faktor lain juga disebutkan sebagai kemungkinan penyebab kematian, termasuk kerusakan organ yang disebabkan oleh parasit atau kelaparan.
Dalam beberapa kasus, pembusukan bangkai sudah berada pada tahap lanjut sehingga tidak mungkin untuk menentukan penyebab kematian secara pasti.
“Kami tahu apa ancaman utama terhadap paus bungkuk. Ancaman terbesarnya adalah dampak dari hal-hal seperti penangkapan ikan dan serangan kapal,” kata Rob Deaville dari Program Investigasi Cetacean Strandings dari Zoological Society of London.
“Membicarakan masalah pembangkit listrik tenaga angin menghilangkan diskusi seputar ancaman nyata yang menjadi masalah bagi spesies tersebut,” lanjutnya.
Banyak wilayah lain yang memiliki banyak ladang angin belum mengalami peningkatan angka kematian paus.
Misalnya, Inggris merupakan rumah bagi empat pembangkit listrik tenaga angin terbesar di dunia.
Namun tidak ada kasus paus bungkuk yang terdampar di sana yang secara pasti terkait dengan dampak dari pembangkit listrik tenaga angin tersebut.
Dapatkah pembangkit listrik tenaga angin lepas pantai mempengaruhi satwa liar laut?
NOAA mengatakan tidak ada hubungan yang diketahui antara tingginya angka kematian paus baru-baru ini dan survei angin lepas pantai. Namun bukan berarti pembangunan pembangkit listrik tenaga angin tidak memerlukan biaya apa pun bagi habitat alami.
Sebelum pembangkit listrik tenaga angin lepas pantai dibangun, dasar laut perlu disurvei dengan mengirimkan gelombang akustik ke dalamnya.
Beberapa aktivis di masa lalu berpendapat bahwa penggunaan teknik seperti itu dapat menyebabkan kematian paus.
“Ada banyak bukti bahwa ketika pembangkit listrik tenaga angin dibangun, hal itu akan menghasilkan banyak suara perkusi, dan hal ini dapat berdampak,” kata Deaville.
“Khususnya hewan-hewan seperti lumba-lumba, mereka mungkin akan berpindah dari area tersebut saat Anda memasang pembangkit listrik tenaga angin, namun gambaran jangka panjangnya adalah di beberapa area mereka tidak pernah kembali, di beberapa area mereka kembali lagi dalam jumlah yang lebih besar dibandingkan sebelumnya,” terangnya.
(Susi Susanti)