Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Cerita Misteri Penampakan Noni Belanda di Museum Bahari

Fakhrizal Fakhri , Jurnalis-Kamis, 12 Oktober 2023 |07:00 WIB
 Cerita Misteri Penampakan Noni Belanda di Museum Bahari
Ilustrasi (Foto: Dok Istimewa/Okezone)
A
A
A

 

JAKARTA - Museum menjadi sarana bagi masyarakat untuk rekreasi atau hiburan hingga kepentingan edukasi serta penelitian.

Museum juga difungsikan untuk penyimpanan, perawatan, pengamanan, pemanfaatan, serta pelestarian hasil budaya.

Namun, tak sedikit pula bangunan museum menyimpan kisah mistis hingga kisah di luar nalar lainnya. Salah satunya Museum Bahari yang berada di Jalan Pasa Ikan Luar Batang No. 1, Penjaringan, Jakarta Utara.

Banyak kisah misteri yang tersimpan di museum ini, mulai dari penampakan sosok Noni Belanda sampai lukisan yang bergerak.

Museum Bahari merupakan salah satu tempat yang menjadi objek wisata sekaligus tempat belajar bagi para pelajar. Museum ini dibangun pada abad ke-17 dan 18 sesuai yang tertera di pintu utama masing-masing gedung.

Pada masa penjajahan Belanda, museum ini dijadikan sebagai gudang penyimpanan rempah-rempah sehingga tidak heran jika banyak rempah – rempah yang terpajang di museum ini. Rempah – rempah yang dikoleksi misalnya rempah, kopi, teh, tembaga, timah dan tekstil. Selain itu, museum ini juga digunakan sebagai pusat keluar dan masuknya kapal. Banyak kapal dari luar Indonesia yang datang dan tercatat di museum ini.

Sementara itu, pada masa pendudukan Jepang, museum ini dipergunakan sebagai tempat menyimpan logistik tentara Jepang. Setelah Indonesia merdeka, bangunan ini digunakan oleh PLN dan PTT untuk gudang. Kemudian pada 7 Juli 1977 yaitu pada kepemimpinan Gubernur Ali Sadikin, bangunan ini diresmikan sebagai Museum Bahari.

“Museum ini memiliki dua sisi, sisi barat dikenal dengan sebutan Westzijdsche Pakhuizen atau Gudang Barat dan sisi timur disebut Oostzijdsche Pakhuizen atau Gudang Timur,” kata Nuryahdi salah satu satpam yang berjaga di museum tersebut.

Menurut Nuryahdi, banyak koleksi yang ada di Museum Bahari, di antaranya miniatur perahu tradisional phinisi dan kapal zaman VOC. Selain itu, ada pula berbagai model dan miniatur kapal modern dan perlengkapan penunjang kegiatan pelayaran.

Namun, lanjut Nuryahdi, yang paling diminati oleh pengunjung yaitu lukisan Laksamana Malahayati yang berada di lantai dua. Menurutnya, yang menarik dari lukisan tersebut yaitu di bagian matanya bisa bergerak sendiri. “Kalau kita melihat ke kedua matanya, sepertinya dia sedang memperhatikan dan melirik ke arah mana kita melangkah,” kata satpam yang baru bekerja dua tahun di museum ini.

Menurut Nuryahdi, bergeraknya mata lukisan Laksamana Malahayati bukanlah karena adanya kekuatan gaib melainkan karena kepandaian sang pelukis. “Matanya bergerak karena kehebatan pelukisnya saja, bukan karena adanya kekuatan gaib,” katanya.

Laksamana Malahayati merupakan salah satu Panglima Angkatan Perang kerajaan Aceh pada masa pemerintahan Sultan Al Mukammil pada tahun 1589 – 1604. Dia mendapat kepercayaan sebagai wanita Inong Balee.

Inong Balee adalah pasukan wanita yang semuanya telah ditinggal oleh suaminya di medan pertempuran. Malahayati juga perempuan pertama di Asia yang diangkat menjadi Panglima karena keberaniannya menyerang kapal serta benteng – benteng Belanda. Pasukan yang dipimpin oleh Malahayati juga memiliki benteng pertahanan. Beberapa sisa – sisa pangkalan Inong Balee kini berada di Teluk Kreung Raya.

Nuryahdi juga tidak membantah jika di Museum Bahari memang memiliki kekuatan supranatural atau dihuni oleh makhluk-makhluk gaib. Namun, dia mengaku selama dua tahun menjaga museum dia belum pernah bertemu atau mendapatkan kisah misteri.

“Kalau mengalaminya sendiri saya belum pernah dan mudah – mudahan jangan sampai saya mengalami hal – hal gaib seperti itu. Tetapi kalau berdasarkan cerita memang ada beberapa cerita dari pengunjung yang pernah melihat penampakan di dalam museum itu,” kata lelaki 50 tahun ini.

Nuryahdi bercerita bahwa anaknya yang berusia sekitar 10 tahun juga pernah melihat penampakan di Museum Bahari ini. Penampakan tersebut dilihatnya tepat di dekat tempat dia berjaga.

“Kalau kata anak saya, di meriam dekat pajangan kapal – kapal itu pernah ada anak kecil yang sedang berlarian. Kalau Anda bisa melihat atau merasakan pasti Anda akan melihat sosok tersebut karena sosok itu memang biasa menetap di meriam itu,” kata Nuryahdi dengan nada serius.

Menurut Nuryahdi, memang Museum Bahari merupakan salah satu museum tertua yang keberadaannya jarang menjadi pusat perhatian bagi pemerintah pusat atau pemerntah daerah. Hal ini terbukti dari bangunan museum yang sebagain besar sudah roboh, sehingga pengunjung harus berhati – hati jika ingin menaiki lantai 2 gedung.

“Tetapi sekarang sudah sedang direnovasi sebagian dan bahkan akan ditambah koleksi museumnya. Misalnya nanti akan ada kamar untuk Nyai Ratu Kidul, kamarnya akan di tempatkan di lantai dua gedung C yang berada di samping koleksi miniature kapal,” kata Nuryahdi.

Selain itu, di dalam museum ini juga akan dibangun sebuah kafe yang bertujuan untuk menarik minat pengunjung jika kelelahan. “Di sini juga akan dibuat pertunjukan film untuk menggambarkan situasi di museum, itu loh seperti yang ada di Keong Emas. Jadi pengunjung selain bisa melihat koleksi – koleksi miniature juga bisa menonton filmnya,” kata Nuryahdi.

Halaman:
      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement