Westerling mengirim ultimatum kepada pemerintah RIS pada 5 Januari 1950, menuntut pengakuan APRA sebagai tentara Pasundan dan menghargai otonomi negara-negara bagian, terutama Negara Pasundan.
Pemerintah RIS merespons dengan mengeluarkan perintah penangkapan terhadap Westerling pada 10 Januari 1950 untuk mencegah potensi agresi. Akan tetapi, APRA mengejutkan dengan melakukan pembantaian anggota TNI di Kota Bandung dan berhasil menduduki Markas Staf Divisi Siliwangi.
Upaya APRA untuk melanjutkan pemberontakan ke Jakarta berhasil digagalkan oleh pemerintah RIS, APRIS, dan dukungan rakyat sipil.
Pemerintah RIS berhasil menekan pimpinan tentara Belanda melalui perundingan dan operasi militer, memaksa Westerling untuk meninggalkan Bandung. Westerling melarikan diri ke Belanda setelah upayanya untuk melakukan kudeta tidak berhasil.
Monumen Dwikora dan Trikora, yang diresmikan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, menjadi simbol perjuangan TNI selama masa pemerintahannya, mengenang peristiwa bersejarah di Bandung.
(Arief Setyadi )