Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Mitigasi Perubahan Iklim, Tower 100 Meter Pemantauan Gas Rumah Kaca Terintegrasi Diresmikan di Jambi

Azhari Sultan , Jurnalis-Jum'at, 19 Juli 2024 |10:05 WIB
Mitigasi Perubahan Iklim, Tower 100 Meter Pemantauan Gas Rumah Kaca Terintegrasi Diresmikan di Jambi
Kepala BMKG Dwikorita Karnawati (Foto: Okezone.com/Azhari)
A
A
A

MUAROJAMBI - Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati mengatakan bahwa saat ini fenomena perubahan iklim dampak dari gas rumah kaca (GRK) semakin mengkhawatirkan serta memicu dampak yang lebih luas.

"Hal itu terlihat dari berbagai peristiwa alam terkait iklim, dari suhu udara yang lebih panas, terganggunya siklus hidrologi, hingga maraknya bencana hidrometeorologi di berbagai belahan dunia," kata Dwikorita saat peresmian tower 100 meter pemantauan gas rumah kaca (GRK) terintegrasi di Stasiun Klimatologi Jambi di Jalan Jambi-Muara Bulian, KM18, Kabupaten Muarojambi, Jambi, Jumat (19/7/2024).

Dari perubahan ini, katanya, bisa juga memberikan suatu peringatan dini semakin mengkhawatirkan melampaui batas tertentu.

 BACA JUGA:

Menurutnya, perubahan iklim menjadi isu yang harus diperhatikan semua pihak dan pengendaliannya memerlukan dukungan dan kerja sama semua pihak karena ini memiliki dampak dan resiko yang besar terlebih pada keberlangsungan makhluk hidup dan generasi di masa mendatang.

"BMKG mendukung penuh inisiatif Global Greenhouse Gas Watch (G3W) dan Integrated Global Greenhouse Gas Information System (IG3IS) dari Organisasi Meteorologi Dunia (WMO). Ini bertujuan untuk memantau dan melaporkan konsentrasi gas rumah kaca secara global, yang dapat memberikan informasi komprehensif atas siklus GRK di atmosfer dan permukaan bumi, agar prediksi masa depan iklim di bumi dapat dilakukan dengan lebih baik lagi," ujar Dwikorita.

Dia mengatakan, tower 100 meter pemantauan GRK terintegrasi ini akan menyediakan data yang akurat, sehingga dapat mendukung upaya komitmen pengurangan emisi sesuai dengan NDC.

"Dengan demikian, pengukuran ini juga menjadi kontribusi tambahan sebagai dasar perencanaan keberlanjutan lingkungan, dan mendukung kesejahteraan generasi mendatang, serta mendukung upaya pembangunan berkelanjutan yang rendah karbon," tuturnya.

 BACA JUGA:

"Tower ini sebagai sistem untuk memonitor memberikan informasi yang terintegrasi terkait dengan gas-gas rumah kaca global," imbuhnya.

Tujuannya, sambungnya, adalah untuk memonitor perubahan konsentrasi gas-gas rumah kaca apakah semakin meningkat atau juga turun.

"Kehadiran Tower GRK 100 meter di Jambi yang merupakan Tower Tinggi GRK (tall tower) yang kedua dengan ketinggian 100 meter, menjadi perluasan jaringan pengamatan Tower Tinggi setelah Tower 100 meter pertama di Bukit Kototabang, Sumatera Barat yang telah diresmikan pada Maret 2023," tukasnya

Deputi Bidang Meteorologi BMKG, Guswanto menambahkan, tower ini dibuat di Jambi karena ini termasuk jaringan nasional dari global desain.

 BACA JUGA:

"Jaringan global itu mensyaratkan bahwa di Sumatera ini ada 6. Dan 6 titik itu ada di Bukit Kototabang, Sumatera Barat dan di Jambi, bukan karena kesenangan pihak BMKG tapi jaringan globalnya," ungkapnya.

Rudi Anuar Yudha Trisaputra, Kepala Stasiun Klimatologi Jambi mengatakan, pembangunan Tower GRK 100 meter di Stasiun Klimatologi Jambi merupakan langkah strategis dan penting dalam upaya mendukung pemantauan wilayah yang rawan terdampak kebakaran hutan dan lahan.

Jambi, tuturnya, dengan kondisi geografis dan ekosistemnya, sangat rentan terhadap kebakaran hutan yang dapat meningkatkan emisi gas rumah kaca secara signifikan.

"Tower GRK ini dilengkapi dengan instrumen pemantauan sampel udara dan sensor meteorologi yang canggih, yang dapat mengukur konsentrasi GRK serta kondisi lingkungan secara real-time," ujar Rudi.

Data yang dikumpulkan dari tower ini akan memberikan data dan informasi yang sangat penting mengenai dinamika Gas Rumah Kaca dan dampaknya pada perubahan iklim di Jambi.

"Kami dapat menganalisis pola sebaran GRK, sehingga dapat memberikan informasi yang lebih akurat kepada masyarakat dan pemangku kepentingan".

"Dengan demikian, kami berharap informasi ini dapat digunakan untuk mengembangkan strategi mitigasi dan adaptasi yang lebih efektif untuk mengurangi risiko kebakaran hutan dan dampak perubahan iklim di wilayah ini," pungkasnya.

(Salman Mardira)

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement