"Sekarang orangnya sudah almarhum, dia cerita membersamai beliau (Panglima Soedirman dan KH. Masjkur), beliau Pak Dirman (Panglima Sudirman) sama beliau (KH. Masjkur) dikejar Belanda, dikejar tentara sekutu, dikejar siang malam mau dibunuh," terangnya.
Suatu hari ada seseorang mata-mata dari warga masyarakat yang melaporkan ke tentara sekutu bahwa ada pergerakan gerilyawan Indonesia di daerahnya. Laporan itu disampaikan setelah seseorang itu mengintai beberapa waktu hingga akhirnya beredar informasi adanya penyerbuan tentara sekutu ke tempat persembunyian pasukan Jenderal Soedirman dan KH. Masjkur.
"Tapi karena sudah ada pasukan beliau yang memata-matai juga akhirnya melaporkan ini mau diserang, akhirnya semua masuk di sungai," katanya.