Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Seratus Tahun Al Falah Ploso, Maruf Amin: Mercusuar Ilmu dan Dakwah

Patricia Leonard , Jurnalis-Kamis, 02 Januari 2025 |22:50 WIB
Seratus Tahun Al Falah Ploso, Maruf Amin: Mercusuar Ilmu dan Dakwah
Seratus Tahun Al Falah Ploso, Maruf Amin: Mercusuar Ilmu dan Dakwah/ist
A
A
A

"Telah 100 tahun pondok pesantren yang didirikan oleh Kiai Ahmad Djazuli Utsman mempersembahkan khidmah paripurna menjadi sandaran barokah ilmu bagi santri-santrinya. Meninggalkan jejak jejak berskala peradaban yang luar biasa,”ujarnya.

“Masyarakat ahlusunnah wal jamaah dan jamiah Nahdlatul Ulama berhutang besar pada jasa jasa ponpes Al Falah Ploso Mojo Kediri ini dan para masayikhnya. Semoga keberkahan Al Falah dilanggengkan oleh Allah Ta’ala," tutup Gus Yahya.

Pondok Pesantren Al Falah Ploso, salah satu pesantren besar di Indonesia, kini genap berusia 1 abad. Berdiri kokoh sejak 1 Januari 1925, pesantren ini merupakan buah perjuangan luar biasa dari pasangan suami istri KH Djazuli Utsman dan Nyai Hj Rodliyah. Keduanya dikenal sebagai sosok visioner yang mendedikasikan hidup untuk pendidikan Islam dan pengembangan pesantren.

Perjalanan Hidup Kiai Djazuli Utsman

Kiai Djazuli Utsman lahir pada 16 Mei 1900 di Kediri. Ia berasal dari keluarga religius, putra Raden Mas Muhammad Utsman, seorang penghulu di Ploso, dan Mas Ajeng Muntaqinah, keturunan mubaligh. Sejak kecil, Djazuli dikenal cerdas dan disiplin, terbukti dari pendidikannya yang meliputi Sekolah Rakjat, MULO, HIS, hingga Sekolah Kedokteran Pribumi (STOVIA) di Batavia.

Namun, nasihat dari Kiai Muhammad Ma’ruf, seorang ulama dari Kedunglo, Kediri, mengubah arah hidupnya. Ia disarankan untuk meninggalkan pendidikan formal dan mendalami ilmu agama di pesantren.

Sebagai anak yang berbakti, Djazuli mengikuti saran tersebut dan memulai perjalanan panjang menuntut ilmu dari satu pesantren ke pesantren lain, termasuk di Gondanglegi (Nganjuk), Pesantren Sono (Sidoarjo), Sekarputih (Nganjuk), hingga Tebuireng (Jombang) di bawah asuhan Hadratus Syekh KH Hasyim Asya’ri.

Perjalanan intelektual Djazuli tidak hanya di tanah air. Pada 1922, ia menunaikan ibadah haji dan memperdalam ilmu agama di Masjidil Haram, Makkah. Namun, situasi politik yang memanas akibat kudeta Wahabi memaksanya kembali ke Indonesia. Sepulangnya, Djazuli melanjutkan pengabdian dengan mendirikan Pondok Pesantren Al Falah di Ploso pada 1 Januari 1925 .

Dengan tekad yang kuat, sebelumnya pada pertengahan 1924 Kiai Djazuli mengajukan surat permohonan pemantauan kepada pemerintah kolonial Belanda. Dan pada 1 Januari 1925 surat tersebut turun.

 

Halaman:
      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement