KEDIRI- Ratusan Masyayikh, aktivis Nahdlatul Ulama (NU), Presidium Penyelamat Organisasi (Presidium PO) dan Muktamar Luar Biasa NU (MLB NU) Koordinator Jatim menggelar silaturahmi yang dibungkus acara diskusi publik dan bahtsul masail di Kediri Jawa Timur, Sabtu (25/1/2025).
Hadir sebagai narasumber diskusi mantan Menristek Dikti sekaligus Ketua LPT PBNU 2015-2020 Muhammad Nasir, Ketua Presidium PO & MLBN sekaligus Pengasuh PP Mambaul Ma’arif Kiai Abdussalam Shohib dan lain sebagainya.
Kiai Abdussalam Shohib, mengatakan, dalam silaturahmi terbangun kesadaran bersama bahwa Kebanggaan terhadap jam’iyyah Nahdlatul Ulama tidak bergeser sedikitpun.
“Bangga dengan landasan teologis, filosofis dan sosiologis NU yang kokoh. Bangga dengan kemuliaan Muassis dan Masyayikh NU atas keluhuran pribadi dan kebesaran jiwanya. Bangga dengan ulama dan pesantren yang menopang Jam’iyyah Nahdlatul Ulama,”ujarnya dikutip, Sabtu (26/1/2025).
"Forum silaturahmi menyadari bahwa marwah NU kehormatan, harga diri dan nama baik NU tidak bergantung pada pengurusnya, dan sebaliknya, pengurus berkewajiban dan bertanggung jawab menjaga marwah NU demi ta’dhim dan memuliakan para pendiri (muassis) dan masyayikh pendahulu serta ulama pesantren, penopang jam’iyyah Nahdlatul Ulama," sambungnya.
Gus Salam -- panggilan akrabnya -- mengatakan, kebesaran NU tidak identik dengan pengurusnya, dan pengurus wajib diingatkan dan dinasehati bila bersikap dan bertindak diluar garis batas penyelenggaraan dan kepemimpinan jam’iyyah.
"Dalam diskusi diungkap doktrin Muassis NU, bahwa Ulama Umana’ullah Ala Ibadihi ulama NU adalah pemegang amanat Allah atas hambaNya dengan orientasi ashlah umat, negara dan alam ," tuturnya.
Gus Salam berkata pemimpin jam’iyyah Nahldatul Ulama adalah mereka dengan sifat-sifat mulia, kepeloporan, teladan dan orientasi ikhlas, mewarisi kepemimpinan dan perjuangan nabi, sebagaimana maksud “Al Ulama Warosatul Anbiya’”.
Tidak hanya ilmu, amal dan spiritual; ideologi atau sistem berpikir yang membentuk jiwa-kepribadian khidmat berjuang pemimpin NU, memiliki sandaran terangkai dengan pendahulu hingga Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam
"Rais Aam PBNU, mulai dari Kiai Ma’ruf Amin, Kiai Sahal Mahfudz, Kiai Ilyas Ruhiyat, Kiai Ali Yafie, Kiai Ahmad Shiddiq, dan Kiai Ali Ma’shum, adalah sosok ulama, munadzdzim, dan muharrik dengan karya dan khdimat monumental, di zamannya,”ujarnya.
“Beliau-beliau adalah teladan silaturrohim antar masyayikh pesantren, penguat persatuan, kesatuan dan soliditas jam’iyyah. Kepeloporan luhur mereka tidak diragukan, termasuk kepeloporan khidmat-ikhlas Kiai Sahal Mahfudz yang membiayai sendiri kebutuhannya, saat beraktivitas di NU. Figur ulama teduh, kapabel dan berintegritas,”sambungnya.
Selain itu kata dia, Ketua Umum PBNU dari Kiai Said Aqil Siroj, Kiai Hasyim Muzadi, dan Kiai Abdurrahman Wahid (Gus Dur), adalah sosok ulama operator lapangan yang paham dan bergelut dengan realita serta memiliki kecerdasan emosional dan sosial yang monumental.
“Beliau bertiga juga memberi teladan silaturrohim antar masyayikh hingga dikenal sangat dekat dengan pondok pesantren dan nahdliyyin arus bawah. Perbedaan pandangan dan kepentingan, tidak mengurangi sikap untuk tetap merangkul, akomodatif, dan menghormati,”ujarnya.
"Dan bagi Gus Dur, tidak ada kawan-lawan yang tidak diperlakukan secara proporsional, sekeras apapun perbedaan dan pertentangannya. Sosok operator jam’iyyah yang teduh, kapabel dan berintegritas," sambungnya.
Forum Diskusi Publik berharap pemimpin NU adalah figur-figur yang bagi kalangan bawah adalah panutan kharistik yang teduh dan berwibawa. Bagi kalangan menengah adalah pembangkit perubahan karena kapasitas dan kepemimpinannya.
“Dan bagi kalangan atas adalah inspirator dan guru bagi kehidupan beragama, bermasyarakat dan bernegara-bangsa, sekaligus penguat bagi gerakan civil society," bebernya.
Dia menambahkan, forum diskusi publik merekomendasikan kepemimpinan PBNU 2022-2027 dikembalikan ke jalan yang benar dan lurus, jalan yang telah dirintis dan diwariskan muassis dan masyayikh pendahulu serta tidak menabrak atau melampui garis-garis batas konstitusi NU dan kehendak bersama yang ditetapkan melalui keputusan Muktamar.
Sedangkan dalam forum bahtsul masail, masalah yang dibahas adalah “bagaimana hukum menggunakan dana Zakat, Infaq dan Shodaqoh untuk Program Makan Bergizi Gratis (MBG).
Forum Bahtsul Masail Presidium PO & MLB Korwil Jawa Timur membatasi bahasan penggunaan dana zakat. Bahwa, Dana Zakat tidak diperbolehkan secara Fiqhiyyah digunakan untuk program MBG, karena dana zakat telah ditentukan sasaran dan mekanismenya, yakni untuk 8 kelompok penerima.
"Walaupun tidak dibahas khusus untuk menentukan status hukumnya, musyawirin dan Presidium PO dan MLB Korwil Jawa Timur merekomendasikan saran agar dana infaq dan shodaqoh digunakan untuk kebutuhan atau jenis program bantuan dengan sasaran yang lebih bermanfaat dan lebih ashlah dibanding untuk tambahan pembiayaan program Makan Bergizi Gratis," tutup Gus Salam.
(Fahmi Firdaus )