Di sisi lain, jelas BMKG, labilitas atmosfer skala lokal di sebagian besar wilayah Indonesia bagian selatan juga turut meningkatkan mekanisme konvektif yang mampu membentuk awan-awan hujan pada skala lokal di Indonesia bagian selatan. Interaksi pada skala regional yang dipengaruhi oleh terbentuknya front dingin di Australia bagian selatan, secara tidak langsung ikut memicu terbentuknya sirkulasi siklonik/sistem tekanan rendah di wilayah selatan Indonesia.
BMKG menyatakan, mengingat sifat dinamis atmosfer yang sangat mudah berubah, masyarakat diimbau untuk selalu menjaga kewaspadaan terhadap potensi cuaca ekstrem. Meskipun, beberapa wilayah di Sumatera dan Jawa masih berpotensi mengalami hujan dengan durasi yang lama, namun karakteristik masa transisi berupa hujan deras dalam waktu singkat, yang sering disertai kilat, petir, dan angin kencang, masih dapat terjadi secara mendadak di sebagian besar wilayah di Indonesia.
“Oleh karena itu, penting untuk tetap waspada dan mengambil langkah-langkah pencegahan untuk mengurangi risiko dari dampak cuaca ekstrem tersebut,” imbaunya.
Berikut prospek cuaca sepekan ke depan, periode 27-29 Mei 2025:
Cuaca di Indonesia umumnya didominasi kondisi berawan hingga hujan ringan. Perlu diwaspadai adanya peningkatan hujan dengan intensitas sedang yang terjadi di Sumatera Utara, Kepulauan Riau, Kepulauan Bangka Belitung, Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Bali, NTT, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, Sulawesi Utara, Gorontalo, Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Maluku Utara, Maluku, Papua Barat Daya, Papua Barat, Papua Tengah, Papua Pegunungan, Papua, dan Papua Selatan.
Selain itu, hujan dengan intensitas lebat hingga ekstrem, yang dapat disertai kilat/petir dan angin kencang dapat terjadi, dengan kategori tingkat peringatan dini dan wilayah potensi kejadian sebagai berikut:
Siaga (Hujan lebat – sangat lebat) : Aceh dan NTB.
Angin Kencang : Aceh, Jawa Barat.