Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Mengenal Ritual Dua Tantra yang Bikin Raja Singasari Tewas saat Pesta Miras 

Avirista Midaada , Jurnalis-Kamis, 03 Juli 2025 |06:48 WIB
Mengenal Ritual Dua Tantra yang Bikin Raja Singasari Tewas saat Pesta Miras 
Kerajaan Singasari (foto: freepik)
A
A
A

KERTANAGARA, Raja Singasari konon dihabisi oleh pasukan Jayakatwang dari Kediri saat pesta minuman keras (miras). Pesta miras itu dijadikan bagian dari ritual yang dianut oleh sang raja, dan beberapa pejabat istana Singasari. 

Menariknya, ritual pesta miras itu juga disaksikan oleh pendeta Siwa Buddha. Konon hal ini jadi bagian dari upacara memuja Bhairawa yang dilakukan para penganut Tantrayana. Beberapa pendapat ada dua jalur Tantrayana yang dianut saat itu.

Dua jalur besar yakni Tantra kiri atau pangiwan dan Tantra kanan atau panengen. Dua basan atau kemanunggalan, yaitu mencapai tingkatan tertinggi yang disebut nirguna-tantra, suatu keadaan di mana tidak ada lagi identitas individual dan semuanya lebur dalam Kesadaran Semesta yang sunya atau suwung.

Dikutip dari buku "Pararaton : Biografi Para Raja Singhasari - Majapahit", jalur pertama yaitu Tantra Kiri, sering dianggap sesat oleh sebagian orang, karena praktik-praktik ritualnya yang lebih erotis dan berusaha me-naklukkan hal-hal sensual dengan cara radikal. Cara-cara demikian bertujuan untuk mencapai kemanunggalan dengan lebih dulu menaklukkan rasa takut dalam diri. 

Oleh karena itu, praktik Tantra Kiri sering pula berhubungan dengan hal-hal yang menyeramkan, misalnya ritual dilaksanakan di kuburan. Adapun istilah yang digunakan untuk menyebut praktik ritual Tantra Kiri ialah Pañcamakalapūjā, yaitu lima cara untuk mencapai sensasi rohani menuju puncak penyatuan mistik, meliputi mada, yaitu menenggak minuman keras sepuasnya, matsya, makan ikan sepuasnya.

 

Kemudian ketiga yakni mudra, melakukan gerakan tangan (mudra) mistik sepuasnya, keempat mamsa, memakan daging sepuasnya, dan kelima maithuna, melakukan hubungan seksual sepuasnya. Berbekal lima cara di atas, para pelaku Tantra Kiri berusaha melampaui segala "rasa" dengan cara "menikmati sepuasnya", hingga mencapai titik jenuh, sehingga tiada lagi hasrat untuk melakukannya. 

Namun demikian, Pañcamakalapūjā harus dilakukan dengan aturan-aturan khusus, tidak bisa dilakukan sembarangan. Sementara jalur kedua yakni Tantra kanan yang menggunakan pendekatan tapa, brata, yoga, dan semadi. Laku demikian lebih bertujuan untuk mencapai pembebasan dengan cara pengekangan atau pengendalian diri secara ketat. 

Bagi pelaku Tantra Kanan, pengekangan diri dilakukan dengan "operasi indrawi", yaitu mengelola ketertarikan indra-indra terhadap objek eksternal, karena itu bisa menjadi penghalang untuk memperoleh pencerahan. Lima cara yang dilakukan penekun Tantra Kanan disebut dengan istilah Pañcamakārapūjā, yaitu ritual lebih mengarah pada hal-hal yang bersifat filosofis. 

(Awaludin)

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement