Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Dahsyatnya Letusan Gunung Hancurkan Ibu Kota Mataram hingga Dipindahkan Mpu Sindok

Avirista Midaada , Jurnalis-Sabtu, 05 Juli 2025 |13:35 WIB
Dahsyatnya Letusan Gunung Hancurkan Ibu Kota Mataram hingga Dipindahkan Mpu Sindok
Ilustrasi Kerajaan Mataram (Foto: Ist)
A
A
A

IBU kota Kerajaan Mataram berpindah ke Pulau Jawa bagian timur yang kini masuk Jawa Timur. Perpindahan itu dilakukan Mpu Sindok saat menjabat sebai raja. Konon, kebesaran Mataram membuatnya tak mau Kerajaan Mataram terganggu keamanannya.

Saat itu, memang Kerajaan Mataram jadi salah satu kerajaan besar di Nusantara. Tapi sayang ketika masa Rakai Sumba Dyah Wama berkuasa di Mataram suatu peristiwa besar terjadi tiba-tiba. Peristiwa perpindahan Ibu Kota Kerajaan Mataram Kuno ini dilakukan pada 929 Masehi, di masa pemerintahan Mpu Sindok. 

Perpindahan Kerajaan Mataram Kuno dari Jawa Tengah ke Jawa Timur konon akibat letusan gunung berapi yang sangat dahsyat sehingga sebagian puncak gunung lenyap. Bahkan, menyebabkan pergeseran lapisan tanah ke arah barat daya. Melihat lokasi gunung, asumsi besar mengarahnya ke Gunung Merapi yang ada di perbatasan antara Yogyakarta dan Jawa Tengah ini.

Dikutip dari buku "Airlangga Biografi Raja Pembaru Jawa Abad XI" tulisan Ninie Susanti, dahsyatnya letusan gunung itu hingga membuat gunung baru yakni Gunung Gendol, karena pergerakan tanah tersebut membentur pada lempengan Pegunungan Menoreh. Letusan yang disertai gempa bumi, banjir lahar, hujan abu, dan batu-batuan sangat mengerikan. 

Bencana ini merusak Ibu Kota Medang, dan banyak daerah lain di permukiman Jawa Tengah. Hal ini yang menjadi alasan utama perpindahan Ibu Kota kerajaan dari Medang ke Tamwlang maupun Watugaluh, yang diperkirakan di wilayah Jombang, Jawa Timur. 

 

Sesuai dengan landasan kosmogoni kerajaan, maka kerajaan baru itu dianggap sebagai dunia baru, dengan tempat-tempat pemujaan yang baru dan diperintah dinasti baru pula. Sebab itu, walaupun Mpu Sindok sebenarnya masih berasal dari Dinasti Sailendra, sesuai dengan kedudukannya sebelumnya sebagai Rakai Halu dan Rakai Hino, pada masa pemerintahan Rakai Layang dan Rakai Sumba Dyah Wawa, namun ia dianggap sebagai pendiri dinasti baru, yaitu Dinasti Isyana. 

Sayangnya perpindahan Ibu Kota kerajaan karena bencana alam ini tampaknya kurang begitu direncanakan matang. Konon, saat pindah Ibu Kota kerajaan justru berada jauh ke daerah pedalaman dengan sumber daya alam terbatas sangat menganggu proses pengembangan perekonomian. 

Ibu Kota kerajaan ini berada cukup jauh dengan pusat perdagangan yang umumnya terletak di tepi pantai (bandar), yang menjadi kendala dalam menjawab tantangan pola dagang emporia. Kendala berikutnya adalah tidak banyak sungai-sungai besar yang dapat dilayari untuk membawa barang dagangan dari bandar di pelabuhan ke daerah pedalaman atau sebaliknya untuk membawa barang dagangan dari pedalaman, untuk ditukarkan atau didagangkan pada pasar internasional di pelabuhan.

(Arief Setyadi )

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement