Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Temuan Tsunami Purba Dekat Bandara YIA, BRIN Ingatkan Bahaya Laten di Pesisir Selatan

Awaludin , Jurnalis-Kamis, 17 Juli 2025 |09:32 WIB
Temuan Tsunami Purba Dekat Bandara YIA, BRIN Ingatkan Bahaya Laten di Pesisir Selatan
Riset Paleotsunami BRIN Temukan Potensi Tsunami Masa Lalu di Kulon Progo (foto: dok BRIN)
A
A
A

JAKARTA – Tim dari Pusat Riset Kebencanaan Geologi, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), kembali melakukan survei paleotsunami di wilayah Kulon Progo, Bantul, dan Gunung Kidul, pada Mei 2025.

Dalam riset sebelumnya, BRIN telah menemukan endapan tsunami purba berusia sekitar 1.800 tahun di beberapa titik di pesisir selatan Jawa, salah satunya di area pantai selatan Kulon Progo.

"Menariknya, kami juga menemukan lapisan-lapisan yang lebih muda di Kulon Progo ini. Lapisan seperti ini sebelumnya sudah kami temukan di lokasi lain seperti Lebak dan Pangandaran, yang menunjukkan bahwa kejadian tsunami besar kemungkinan telah berulang lebih dari sekali di wilayah ini," ungkap peneliti bidang sedimentologi BRIN, Purna Sulastya Putra, seperti dikutip dari laman resmi BRIN, Kamis (17/7/2025).

Temuan tersebut berada hanya sekitar 2 kilometer sebelah timur Bandara Internasional Yogyakarta (YIA). Sedangkan jarak dari bandara ke bibir pantai hanya sekitar 300 meter, tanpa didukung fasilitas penahan tsunami yang memadai.

"Berbeda halnya dengan Bandara Sendai di Jepang, yang berjarak satu kilometer dari pantai dan telah dilengkapi dengan tanggul serta hutan buatan, namun tetap terdampak parah oleh tsunami raksasa Tohoku pada 2011," kata Purna.

 

Ia menambahkan, kehadiran bandara turut mendorong pertumbuhan kawasan secara masif—mulai dari hotel, restoran, hingga destinasi wisata baru. Meski berdampak positif dari sisi ekonomi, peningkatan aktivitas ini juga meningkatkan kerentanan terhadap bencana.

"Perkembangan tanpa memperhitungkan risiko kebencanaan justru dapat memperbesar dampak bila terjadi peristiwa ekstrem seperti tsunami," tegasnya.

BRIN menegaskan pentingnya menjadikan riset kebencanaan sebagai dasar perencanaan pembangunan, terutama di wilayah rawan bencana. Kolaborasi lintas sektor diharapkan menjadikan temuan ilmiah ini bukan sekadar dokumentasi, tetapi juga sebagai pijakan nyata untuk pembangunan adaptif dan berkelanjutan.

“Setiap pembangunan tentu memiliki manfaat besar. Namun, di wilayah rawan bencana, penting untuk membangun dengan kesadaran risiko dan berpijak pada data ilmiah. Di sinilah peran riset kebencanaan BRIN hadir,” ujar Purna.

 

Sebagai negara yang berada di jalur pertemuan tiga lempeng tektonik aktif dunia, Indonesia secara geologis dikenal sangat rentan terhadap gempa bumi dan tsunami. Salah satu kawasan paling potensial adalah pesisir selatan Jawa, yang kini berkembang menjadi pusat aktivitas ekonomi dan infrastruktur strategis nasional.

"Dengan pesatnya pembangunan di wilayah ini, riset kebencanaan geologi menjadi semakin penting untuk memberikan informasi yang dapat digunakan sebagai dasar perencanaan dan mitigasi risiko. Salah satunya adalah melalui kajian paleotsunami," pungkasnya.

(Awaludin)

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement