Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Ibu Suri Thailand Sirikit Meninggal Dunia di Usia 93 Tahun

Rahman Asmardika , Jurnalis-Sabtu, 25 Oktober 2025 |10:24 WIB
Ibu Suri Thailand Sirikit Meninggal Dunia di Usia 93 Tahun
Ibu Suri Thailand, Sirikit, meninggal dunia di usia 93 tahun. (Foto: X)
A
A
A

JAKARTA - Ibu Suri Thailand, Sirikit, yang menjadi ikon keanggunan pada kebangkitan monarki pascaperang di Negeri Gajah Putih, telah meninggal dunia di usia 93 tahun. Kabar ini diumumkan oleh Biro Rumah Tangga Kerajaan Thailand pada Sabtu (25/10/2025). Sirikit telah lama menghilang dari sorotan publik sejak terserang stroke pada 2012.

Pihak istana mengatakan beliau telah dirawat di rumah sakit sejak 2019 karena beberapa penyakit dan mengalami infeksi aliran darah pada 17 Oktober sebelum meninggal dunia pada Jumat (24/10/2025) malam, demikian diwartakan Reuters.

Masa berkabung selama satu tahun telah ditetapkan bagi anggota keluarga kerajaan.

Perdana Menteri Thailand Anutin Charnvirakul membatalkan kunjungannya ke KTT ASEAN di Malaysia karena wafatnya Ibu Suri, kata seorang juru bicara pemerintah. Kabinet akan bertemu pada hari Sabtu untuk membahas rencana pemakaman kerajaan.

Suami Sirikit, Raja Bhumibol Adulyadej, adalah raja Thailand yang paling lama memerintah, dengan 70 tahun bertakhta sejak 1946. Beliau mendampingi sang Raja hampir di sepanjang masa pemerintahannya dan memikat hati rakyat Thailand melalui kegiatan amal mereka.

 

Ketika mereka bepergian ke luar negeri, beliau juga memukau media dunia dengan kecantikan dan selera busananya.

Dalam kunjungannya ke Amerika Serikat pada 1960, yang mencakup jamuan makan malam kenegaraan di Gedung Putih, majalah Time menyebutnya "langsing" dan "feminis sejati". Harian Prancis L'Aurore menggambarkannya sebagai "menawan".

Lahir pada 1932, tahun ketika Thailand beralih dari monarki absolut menjadi monarki konstitusional, Sirikit Kitiyakara adalah putri duta besar Thailand untuk Prancis dan menjalani kehidupan yang kaya serta penuh privilese.

Saat belajar musik dan bahasa di Paris, ia bertemu Bhumibol, yang menghabiskan sebagian masa kecilnya di Swiss.

"Itu adalah benci pada pandangan pertama," katanya dalam sebuah dokumenter BBC, seraya mencatat bahwa Bhumibol datang terlambat ke pertemuan pertama mereka. "Lalu itu adalah cinta."

 

Pasangan itu menghabiskan waktu bersama di Paris dan bertunangan pada 1949. Mereka menikah di Thailand setahun kemudian ketika Sirikit berusia 17 tahun.

Selalu bergaya, Sirikit berkolaborasi dengan perancang busana Prancis Pierre Balmain untuk menciptakan busana-busana menawan yang terbuat dari sutra Thailand. Dengan mendukung pelestarian praktik menenun tradisional, beliau dianggap membantu merevitalisasi industri sutra Thailand.

Selama lebih dari empat dekade, beliau sering bepergian bersama raja ke desa-desa terpencil di Thailand untuk mempromosikan proyek-proyek pembangunan bagi masyarakat miskin pedesaan. Kegiatan mereka disiarkan setiap malam di Buletin Kerajaan negara itu.

Beliau sempat menjabat sebagai Wali Raja pada 1956, ketika suaminya menghabiskan dua minggu di sebuah kuil untuk belajar menjadi biksu Buddha dalam sebuah ritual peralihan yang umum di Thailand.

Pada 1976, hari ulang tahunnya, 12 Agustus, ditetapkan sebagai Hari Ibu dan hari libur nasional di Thailand.

Putra tunggalnya, yang kini menjadi Raja Maha Vajiralongkorn, juga dikenal sebagai Rama X, menggantikan Bhumibol setelah wafatnya pada 2016. Setelah penobatan sang Raja pada 2019, gelar resmi Sirikit menjadi Ibu Suri.

Secara resmi, monarki berada di atas politik di Thailand, yang sejarah modernnya didominasi oleh kudeta dan pemerintahan yang tidak stabil. Namun, terkadang, para bangsawan termasuk Sirikit ikut campur atau mengambil tindakan yang dianggap politis.

 

Pada 1998, beliau menggunakan pidato ulang tahunnya untuk mendesak rakyat Thailand agar bersatu di belakang Perdana Menteri saat itu, Chuan Leekpai. Hal ini memberikan pukulan telak bagi rencana oposisi untuk mengadakan debat mosi tidak percaya dengan harapan dapat memaksakan pemilihan umum ulang.

Kemudian, beliau dikaitkan dengan sebuah gerakan politik, Aliansi Rakyat untuk Demokrasi (PAD) yang berhaluan royalis, yang protesnya berhasil menjatuhkan pemerintahan yang dipimpin atau bersekutu dengan Thaksin Shinawatra, seorang mantan taipan telekomunikasi populis.

Pada 2008, Sirikit menghadiri pemakaman seorang pengunjuk rasa PAD yang tewas dalam bentrokan dengan polisi, yang menyiratkan dukungan kerajaan terhadap kampanye yang telah membantu menggulingkan pemerintahan pro-Thaksin setahun sebelumnya.

Bagi banyak orang Thailand, beliau akan dikenang karena karya amalnya dan sebagai simbol kebajikan keibuan. Wafatnya beliau akan disambut dengan penuh hormat di negara yang menindak segala kritik dengan hukum lese-majeste yang ditegakkan secara ketat, yang menetapkan hukuman penjara bagi mereka yang menghina keluarga kerajaan, bahkan yang sudah meninggal.

Beliau meninggalkan seorang putra, sang raja, serta tiga putri.

(Rahman Asmardika)

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement