JAKARTA – Wilayah Jammu dan Kashmir memperingati Hari Aksesi pada 26 Oktober 2025, menandai 78 tahun sejak keputusan bergabung dengan India pada 1947. Hari Aksesi memiliki makna historis sebagai simbol persatuan, perdamaian, dan semangat integrasi bagi kawasan tersebut.
Hari Aksesi berawal dari peristiwa pada 26 Oktober 1947, ketika Maharaja Hari Singh, penguasa Jammu dan Kashmir, menandatangani Instrumen Aksesi ke India di tengah situasi genting setelah pemisahan India dan Pakistan. Menghadapi invasi kelompok milisi dari Pakistan, Maharaja meminta bantuan militer India, sehingga wilayah tersebut secara resmi berintegrasi dengan Uni India.
Keputusan ini tidak hanya mengubah masa depan politik Jammu dan Kashmir, tetapi juga membentuk dasar hubungan modern dengan India.
Di seluruh kawasan, peringatan Hari Aksesi diisi dengan acara resmi, program budaya, dan upacara pengibaran bendera. Kegiatan tersebut menyoroti tema persatuan, perdamaian, dan kemajuan yang mencerminkan keberagaman budaya dan sosial Jammu dan Kashmir. Dari pertunjukan musik dan tari hingga festival kuliner, perayaan ini menampilkan warisan seni budaya daerah ini. Para pemimpin lokal, kelompok pemuda, dan warga diharapkan berpartisipasi dalam dialog dan seminar terkait pembangunan, pendidikan, dan pemberdayaan ekonomi.
Sejak pencabutan Pasal 370 pada Agustus 2019 yang mengakhiri status khusus Jammu dan Kashmir, pemerintah pusat meluncurkan berbagai inisiatif untuk mempercepat pembangunan dan meningkatkan konektivitas. Investasi besar diarahkan ke bidang infrastruktur, pariwisata, pendidikan, dan layanan kesehatan. Proyek jalan, lembaga pendidikan baru, dan peningkatan fasilitas kesehatan terus mengubah lanskap sosial-ekonomi, sementara upaya menarik investasi swasta mendapat momentum positif.
Meskipun wilayah ini merayakan integrasinya dengan India, sejumlah tantangan masih dihadapi, seperti pengangguran serta kebutuhan pembangunan yang merata dan inklusif. Banyak pihak menilai, perdamaian serta kemajuan hanya dapat diwujudkan melalui kolaborasi yang berkelanjutan di seluruh wilayah.
(Rahman Asmardika)