JAKARTA – Teka-teki mengenai masa depan organisasi kemasyarakatan Nasional Demokrat akhirnya terjawab juga, setelah kemarin secara resmi sejumlah pengurus organisasi ini mendeklarasikan Partai Nasdem di Hotel Mercure Ancol.
Meskipun, hingga kini sejumlah elit organisasi yang dideklarasikan 1 Februari tahun 2010, setelah Surya Paloh dikalahkan Aburizal Bakrie dalam pemilihan Ketua Umum Partai Golkar ini, masih gamang mengakui hubungan antara Nasional Demokrat dengan Partai Nasdem.
Melalui website resminya, pengurus Nasional Demokrat menyebut anggapan bahwa Nasional Demokrat sama dengan Partai Nasdem sebagai kesalahan persepsi yang sering terjadi.
Bahkan, demi mengesankan keduanya tak berkaitan, Wakil Ketua Umum Partai Nasdem Sugeng Purwanto mengatakan hingga kini kata Nasdem dalam kata Partai Nasdem masih dicarikan kepanjangannya.
Anehnya, hampir semua hal di Partai Nasdem baik logo, visi Merestorasi Indonesia, maupun susunan pengurus nyaris identik. Termasuk media massa yang memberitakan deklarasi itu secara khusus yaitu Metro TV, milik Ketua Umum Nasional Demokrat Surya Paloh.
Di luar persoalan itu, pengamat politik dari Universitas Paramadina Muhammad Ikhsan Tualeka mengatakan, deklarasi Partai Nasdem sebenarnya sama sekali tak mengejutkan. “Karena saat jadi ormas, strukturnya sudah layaknya partai. Deklarasi ini hanya proses ganti baju dari ormas ke partai,” ujarnya saat berbincang dengan okezone, Selasa (26/7/2011) malam.
Ikhsan memandang, ambiguitas antara Nasional Demokrat dengan Partai Nasdem merupakan akibat dari perjudian setengah-setengah elit-elit Nasional Demokrat. Elit seperti Surya Paloh dan Syamsul Muarif sengaja memasang pemain second line di Partai Nasdem guna menyelamatkan wajah mereka, manakala partai ini gagal mengikuti pemilu atau gagal meraih suara signifikan waktu pemilu.
“Mereka tidak mau bertaruh semuanya. Ini bentuk keraguan, mereka memasang orang-orang garis kedua di partai. Kalau Partai Nasdem menang mereka diuntungkan, kalau anjlok yang menjadi korban orang-orang di level kedua ini,” katanya.
Melihat keragu-raguan ini, Ikhsan menilai Partai Nasdem akan sulit mendapat dukungan rakyat yang menurut survei sebagian besar apatis terhadap partai politik pada pemilu 2014 mendatang. Apalagi, partai ini tak punya figur sentral yang “layak jual” sekaliber Susilo Bambang Yudhoyono di Demokrat atau Megawati Soekarnoputri di PDI Perjuangan.
“Proses kemunculannya saja bermasalah, tidak smooth. Saya kira tidak akan berjaya di pemilu 2014,” kata Ikhsan.
Kemunculan Partai Nasdem sendiri bukannya tanpa masalah. Sebagian tokoh termasuk figur inti seperti Sultan Hamengku Buwono X akhirnya mengundurkan diri karena ambiguitas partai dengan ormas. Demikian juga dengan Wakil Gubernur Jawa Tengah Rustriningsih. Apakah partai ini akan layu sebelum berkembang?hanya waktu yang bisa menjawab.
(Insaf Albert Tarigan)