Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

2013, Bencana Didominasi Banjir, Longsor & Puting Beliung

Tri Kurniawan , Jurnalis-Jum'at, 28 Desember 2012 |06:34 WIB
2013, Bencana Didominasi Banjir, Longsor & Puting Beliung
Ilustrasi
A
A
A

JAKARTA - Bencana hidrometeorologi seperti banjir, longsor, puting beliung, kekeringan, kebakaran lahan dan hutan, dan gelombang pasang akan mendominasi dibandingkan dengan bencana geologi, sosial dan biologi. Diperkirakan lebih dari 80 persen bencana hidrometeorologi akan terjadi dari total kejadian bencana selama 2013 mendatang.

Hal itu dikatakan Kepala Pusat Data, Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana, Sutopo Purwo Nugroho dalam keterangan persnya kepada Okezone, Jumat (28/12/2012).
 
"Peningkatan bencana hidrometeorologi tersebut tidak lepas dari pengaruh perubahan iklim global dan antropogenik," kata dia.

Kata dia, laporan IPCC (Intergovernmental Panel on Climate Change) 2012, pemanasan global telah menyebabkan wilayah tropis meluas  hingga 18 derajat LU/LS. Secara vertikal tinggi awan-awan cumulonimbus yang menyebabkan hujan deras juga bertambah tinggi. Sebelumnya tinggi puncak awan hanya 13 km. Tetapi sekarang menjadi 17 km. Akibatnya energi dan volumenya bertambah.

Tidak aneh jika hujan bertambah deras dan sering terjadi. Kondisi ini diperparah dengan antropogenik yang menyebabkan daya dukung dan daya tampung lingkungan terlampuai. Urbanisasi, kemiskinan, pelanggaran tata ruang, berkurangnya resapan air, perubahan penggunaan lahan, permukiman di bantaran sungai dan di lereng perbukitan, dan lainnya menyebabkan makin rentan terhadap bencana.
 
"BMKG menyatakan musim penghujan normal hingga Mei 2013. Dengan melihat pola dan karakteristik hujan di Indonesia, maka diperkirakan puting beliung berpotensi hingga Maret-April 2013," ungkapnya.

Selama 2012, data sementara terjadi 295 puting beliung di Indonesia. Atau 36 persen dari total bencana selama 2012. Tren kejadian puting beliung cenderung mengalami peningkatan di setiap tahunnya. Selama 2002-2011 meningkat 28 kali lipat. Terdapat 404 kabupaten/kota dengan jumlah penduduk 115 juta jiwa tinggal di daerah rawan sedang hingga tinggi dari bahaya puting beliung di Indonesia. Hingga kini sistem peringatan dini puting beliung belum tersedia.

Hal ini disebabkan kecilnya cakupan terjangan puting beliung kurang dari 2 km, waktu kejadian kurang dari 10 menit, dan tidak semua awan Cumulonimbus selalu terjadi puting beliung.

Banjir dan longsor berpotensi terjadi hingga April 2013. Puncak banjir dan longsor Januari-Februari 2013. Sebanyak 315 kabupaten/kota dengan 60,9 juta jiwa tinggal di daerah rawan sedang-tinggi banjir di Indonesia. Sedangkan untuk longsor terdapat 270 kab/kota dengan 124 juta jiwa tinggal di daerah rawan sedang-tinggi longsor.

"Banjir lahar dingin berpotensi di Gunung Merapi, Gamalama, Bromo, Lokon dan Soputan hingga Maret 2013. Ada 77 juta m3 material lahar dingin di Merapi," terangnya.

Kebakaran lahan dan hutan selama musim kemarau berpotensi terjadi di delapan provinsi langganan yaitu Sumut, Riau, Jambi, Sumsel, Kalbar, Kalteng, Kalsel dan Kaltim. Kekeringan berpotensi terjadi selama Agustus-Oktober di Jawa, Bali, NTT dan daerah-daerah yang defisit air.
 
Gempabumi dan tsunami belum dapat diprediksikan secara pasti kapan, besaran dan di mana. Erupsi gunungapi juga tidak dapat diprediksikan untuk jangka panjang. Saat ini terdapat enam gunung status siaga atau evel III yaitu Raung, Rokatenda, Sangeangapi, Lokon, Karangetang, Ijen. Sementara 13 lainnya status waspada atau level II.
 
Namun berdasarkan Data dan Informasi Bencana Indonesia (DIBI BNPB) dari tahun 1825-2012, jumlah korban meninggal dan hilang akibat bencana geologi lebih banyak dibandingkan hidrometeorologi. "Dari 292.330 orang  meninggal dan hilang, sekitar 74 persen akibat bencana geologi. Sedangkan 26 persen bencana hidrometeorologi dan lainnya," cetusnya.

(Tri Kurniawan)

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement