Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Tragedi MOS dengan Kekerasan (2)

Margaret Puspitarini , Jurnalis-Senin, 11 Agustus 2014 |16:10 WIB
Tragedi MOS dengan Kekerasan (2)
Tragedi MOS dengan Kekerasan (Ilustrasi Foto : dok.Okezone)
A
A
A

JAKARTA - Budaya bullying yang diturunkan secara turun-temurun di tiap angkatan tumbuh subur di berbagai sekolah. Bahkan tidak jarang alumni pun sering turun tangan untuk membangun kedisiplinan para junior.

Demikian pula dalam kasus kekerasan yang dialami dua pelajar SMAN 3 Setia Budi, Jakarta saat melakukan kegiatan pecinta alam di Gunung Tangkuban Perahu, Bandung. Kedua pelajar tersebut terpaksa meregang nyawa akibat aksi kekerasan yang diduga dilakukan para alumni.

2. Kasus kekerasan di SMAN 3 Setia Budi, Jakarta
Kasus kekerasan teranyar tingkat SMA dialami oleh dua pelajar SMAN 3, Arfiand Caesar Al Irhami dan Pandian Prawirodirya. Kedua pelajar tersebut mengalami kekerasan dari para seniornya ketika mengikuti kegiatan pencinta alam di Gunung Tangkuban Perahu, Sukabumi, Jawa Barat, akhir Juni lalu.

Tak kuasa menerima siksaan, kedua pelajar tersebut menghembuskan napas terakhir mereka di rumah sakit. Arfiand meninggal dunia pada 20 Juni 2014 sekira pukul 12.00 WIB setelah mendapat perawatan selama 12 jam di Rumah Sakit MMC, Kuningan Jakarta Selatan.

Berdasarkan hasil autopsi sementara, ditemukan sekira 37 luka lebam di sekujur tubuh korban karena benda tumpul. Perlakuan tersebut diterima korban selama 3-4 hari. Terparah, di bagian depan dan belakang tubuh korban.

Sementara itu, Pandian Prawirodirya menghembuskan nafas terakhirnya pada 3 Juli lalu sekira pukul 04.30 WIB setelah mendapat perawatan selama satu pekan di RS Hasan Sadikin, Bandung.

Kasus ini masih terus bergulir di pengadilan. Hingga saat ini, polisi telah menetapkan lim tersangka yang tidak lain adalah panitia kegiatan. Kapolres Jakarta Selatan, Kombes Pol Wahyu Hadiningrat mengatakan, para tersangka merupakan siswa aktif dan bukan alumni sekolah tersebut.

"Semuanya siswa kelas dua SMAN 3, tidak ada siswa kelas tiga dan alumni. Penganiayaannya dimulai pada hari ke tiga hingga hari terakhir. Lokasinya terjadi di rel kereta api, hutan, dan di base camp," ujar Wahyu.

Namun, salah satu keluarga pelaku bersikeras jika kelima tersangka hanya menjadi korban. Berdasarkan keterangan orangtua tersebut, Ketua Komnas Perlindungan Anak (PA) Arist Merdeka Sirait mengungkap, pelaku kekerasan terhadap kedua korban justru para alumni.
 
"Kesaksian orangtua pelaku kepada saya, mereka (pelaku) ini, Justru hendak menolong korban yang terlihat lemas dan tak berdaya, lantaran diduga habis dipukuli alumni mereka. Kelima tersangka hanya merupakan panitia logistik, yang saat itu melihat korban terkulai lemas, dan hendak menolong dengan cara membawa korban untuk mendapatkan pertolongan pertama," ungkap Arist.

Oleh karena itu, pihak kepolisian juga tidak menutup kemungkinan jika akan ada tersangka baru dalam kasus tersebut. "Saya pernah katakan ada peluang tersangka lain nanti ada waktunya," ujar Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Pol Rikwanto.

(Margaret Puspitarini)

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement