BOGOR - Secara langsung atau tidak, keberadaan kawasan wisata di Bogor memberikan manfaat bagi geliat ekonomi masyarakat Kota Hujan itu. Coba saja tengok kawasan Jalan Ir Juanda, tepatnya di trotoar depan Istana Bogor.
Ketika memasuki akhir pekan, banyak mobil berplat nomor luar Kota Bogor memarkir kendaraannya di depan istana, sehingga kerap membuat kemacetan di jalan tersebut. Di tempat ini berdeyut aktivitas ekonomi kelas bawah. Tampak sebagian penjual sibuk menjajakan barang dagangannya, dari mulai sayuran seperti wortel, kangkung, hingga buah-buahan.
Barang dagangan tersebut dijual kepada wisatawan yang ingin memberikan makanan kepada rusa–rusa di dalam halaman Istana Bogor. Selain pedagang wortel dan sayuran, ternyata ada juga warga yang mengais rezeki dengan menawarkan jasa transportasi tradisional, yaitu delman atau andong.
Keberadaan delman di Kota bogor bisa dibilang langka. Mungkin hanya bisa ditemukan di sekitar wilayah Istana dan Kebun Raya Bogor. Jajat, salah satu kusir delman yang beroperasi di Istana dan Kebun Raya Bogor. Ia sudah melakoni usaha ini selama tujuh tahun.
Pria berumur 23 tahun mengawali karier sebagai kusir delman sejak ia lulus SD.
Jajat tidak sempat melanjutkan sekolah karena keterbatasan biaya. Ia memulai aktivitasnya pada pagi hari. Sebelum beroperasi, ia harus memberi makan dan membersihkan kudanya sekira pukul 04.00 WIB. Makanan yang diberikan adalah rumput yang sudah diiris–iris kemudian dicampur dengan dedak.
Kadang–kadang ia mencampurkannya dengan beras dan gula jawa. Tujuannya, agar kuda memiliki tenaga yang kuat. Jajat baru mengoperasikan delmannya pada pukul 08.00 hingga 13.00 WIB. "Ya, penghasilan dalam sehari rata-rata kurang-lebih Rp50.000," ungkap Jajat yang menyebutkan penghasilan paling besar sehari tak lebih dari Rp150.000.
Namun dalam sepekan, dia harus menyetor kepada pemilik delman sebesar tujuh puluh ribu rupiah. "Setiap minggu pergi ke Cibalagung, Pasir Kuda untuk setor," jelas dia. Menarik delman bukan bebas masalah. Kendala yang biasa ia terima hanyalah mendapat teguran dari polisi saat menunggu penumpang, karena disangka menyebabkan kemacetan.
Menurut Jajat, wisatawan yang biasa menggunakan jasanya adalah asal Jakarta. Pernah sesekali mendapat penumpang asal luar negeri. "Kalau turisnya ngga bawa guide, biasanya suka ngasih lebih," ucap Jajat bercerita.
Rekan kerja Jajat selama beroperasi adalah si Tanjung, kuda jantan yang gagah berwarna cokelat. Dia sudah dua tahun bersama si Tanjung. Selama ini dijalani dan dinikmati apa adanya. "Si Tanjung nggak pernah rewel saat narik, tenaganya cukup kuat. Lima tahun sebelumnya ditemani Srikandi, kuda betina yang juga menjadi kesayangan," jelas Jajat.
Lebih lanjut dia mengaku sudah tidak nyaman narik delman bersama Srikandi. Sebab itu, diganti dengan kuda baru, si Tanjung. Kuda jantan ini setia menemani Jajat mengelilingi sekitaran Istana Bogor dan Kebun Raya Bogor untuk memanjakan penumpang.
Rasanya, tidak cukup sehari jika ingin berkeliling tempat wisata yang ada di Kota Bogor. Yang dipaparkan di atas, baru sebagiannya saja. Di mana, masing-masing tempat menyimpan cerita tersendiri. Mitos atau kepercayaan yang berkembang di dalamnya, biarkan menjadi bumbu atau daya tarik agar suasana menjadi lebih berwarna.
Masalah benar atau tidaknya dari sebuah mitos, terpulang kembali kepada pribadi masing-masing. Terpenting, dapat mengambil sisi positif bagi banyak orang maupun generasi mendatang dari keberadaa potensi alam dan budaya yang kita miliki sebagai warisan tak ternilai.
(Dadan Muhammad Ramdan)