JAKARTA - Pesatnya arus urbanisasi ke kota besar seperti Jakarta berpotensi menimbulkan masalah seperti pengangguran dan angka kriminalitas.
Pengamat masalah urbanisasi dari INFID, Wahyu Susilo, menilai ketertarikan orang untuk mengadu nasib di Jakarta merupakan dampak dari kesenjangan pembangunan di daerah.
“Kita punya program desentralisasi, ada banyak program yang mengatasnamakan pengembangan wilayah, program pengembangan kecamatan, tapi tidak berjalan sampai ke bawah. Ini saya kira dapat mengakibatkan kepunahan desa,” ujar Wahyu dalam diskusi Polemik Radio Trijaya bertajuk Urbanisasi di Warung Daun, Menteng, Jakarta Pusat, Sabtu (10/9/2011).
Dikatakannya, program pengentasan kemiskinan hanya terpaku pada angka tetapi tidak memperhatikan upaya menyejahterakan rakyat.
“Saya kira ini sangat memprihatinkan. Percepatan pembangunan tidak memperhatikan pembangunan pedesaan dan perbatasan,” ungkap Wahyu.
“Di Nunukan (Kalimantan Timur) misalnya orang lebih enjoy menggunakan ringgit untuk bertransaksi. Di Pulau Sebatik, di sebelah Malaysia, itu ada perkebunan dan resort tapi ke Indonesia cuma bedeng-bedeng. Kesenjangannya sangat nampak,” tuturnya.
Menurut Wahyu, pemerintah memiliki pekerjaan rumah yang tidak mudah untuk menyejahterakan masyarakat di pedalaman terutama di wilayah perbatasan dengan negara tetangga.
“Kalau Pemerintah Indonesia tidak punya niat menyejahterakan, warga di perbatasan akan berpikir pindah warga negara saja dan kibarkan bendera Malaysia. Ini kan sudah merasuk ke masalah nasionalisme,” pungkasnya.
(Anton Suhartono)