SURABAYA - Meski sama-sama bagian dari komunitas penyuka sesama jenis perempuan, namun kaum lesbi memiliki sebutan sendiri di dalam komunitasnya. Setidaknya ada tiga sebutan bagi mereka yang lesbi.
 
"Untuk perempuan yang berperan sebagai laki-laki disebut Buci. Dan yang tetap menjadi perempuan disebut Fem. Ada lagi yang disebut NL atau No Lebel artinya bisa menjadi laki-laki dan perempuan. Sedangkan untuk lesbi sendiri biasa disebut anak L," papar salah satu pelaku lesbi yang berhasil ditemui Okezone di sebuah kafe di Surabaya, Jumat (31/8/2012) malam.
 
Seperti layaknya orang normal, beberapa anak-anak L juga ada yang setia kepada pasangannya dan ada pula yang tidak. Buci ini juga banyak memiliki empat hingga lima Fem. Namun ada pula yang setia terhadap pasangannya saja.
 
Ia juga mengatakan, keberadaan anak-anak L ini memang menutup diri dari masyarakat pada umumnya. Pasalnya, selain perilakunya yang menyimpang ini tidak diterima di tengah-tengah masyarakat. Mereka juga sadar jika perilaku yang dilakukan ini adalah menyimpang.
 
"Kita sadar bahwa perilaku ini adalah menyimpang. Namun gimana lagi dengan seperti ini kami mendapat kenyamanan daripada hidup normal," ujar perempuan yang berperan sebagai Buci ini.
 
Ia juga mengungkapkan, meski memiliki kaum yang minoritas, namun tak jarang anak-anak L ini terlibat dalam sejumlah kegiatan sosial seperti bakti sosial, bermusik hingga menulis cerita pendek (cerpen) tentang kisah hidup yang dialaminya dan beberapa kegiatan lainnya. Namun, meski terlibat dalam aksi sosial, komunitas L tetap saja menyembunyikan diri dengan tidak secara terang-terangan menyebut bahwa aksi sosial itu dilakukan oleh kalangan lesbian. Bahkan dalam waktu dekat komunitas lesbi ini akan membuat film pendek.
 
"Semua kegiatan positif ini kami lakukan bahwa meski menjadi lesbi tetap bermanfaat bagi masyarakat. Kita memang tidak berani secara terang-terangan," ujar perempuan berambut pendek.
 
Mahasiswi semester akhir di salah satu PTS Surabaya ini mengaku, di Surabaya ini memang ada beberapa komunitas anak-anak L. Selain yang banyak dikenal dengan nama Koleb, ada lagi yang bernama As Comunity. Para anak-anak L ini memang sering terlihat berkumpul di salah satu Mall di Surabaya tepatnya di bagian Foodcourt-nya.
 
"Sekarang juga biasanya di Taman Bungkul," ujarnya seraya menyebut setiap komunitas ini memiliki base camp sendiri-sendiri.
 
Ia juga mengungkapkan, komunitas anak-anak L ini sudah banyak di sejumlah SMA di Surabaya. "Sedikitnya ada tiga SMA di Surabaya yang banyak anak-anak L ini," ujar mahasiswi Fakultas Hukum Jurusan Hukum Perdata sembari mengepulkan asap rokok di mulutnya.
 
(Susi Fatimah)