MENU
Untuk Anda
Kanal
About Us
CIREBON - Ribuan warga rela berdesakan untuk memegang Sultan Kanoman XII Pangeran Emirudin dalam acara Garebek Syawal di Kompleks Makam Sunan Gunung Jati, Cirebon, Jawa Barat, Senin (4/8/2014).
Mereka juga berebut uang saweran di pintu makam, memburu berkah berupa hasil bumi, serta sisa makanan keluarga sultan.
Kericuhan nyaris terjadi saat Pangeran Emirudin yang juga memimpin upacara Garebek Syawal serta kerabat keraton lain mulai memasuki kawasan makam. Ribuan warga mendadak mendekat dan berusaha memegang dan menyalami Sultan. Melihat kondisi semakin tidak terkendali, sultan segera dibawa masuk ke dalam area makam.
Pangeran, keluarga, serta kerabat keraton, yang sudah datang sejak pagi hari, masuk melalui Lawang Gede (pintu menuju Makam Sunan Gunung Jati) lalu mereka membacakan Tahlil dan berdoa di dalamnya. Selanjutnya, diteruskan ke makam keturunan Sunan Gunung Jati termasuk sesepuh mereka.
Ribuan warga berjubel melempari sedekah. Bahkan beberapa di antara pengunjung menerabas penjagaan untuk mengusap Lawang Gede.
Garebek Syawal di Kompleks Makam Sunan Gunung Jati Cirebon merupakan tradisi turun temurun dan sudah berjalan sejak ratusan tahun. Tradisi ini dilaksanakan setiap tanggal 8 Syawal atau setelah enam hari melaksanakan puasa Syawal.
Usai berziarah di depan Lawang Gede sambil berdoa dan membaca Alquran, warga menyempatkan mengambil air dari tujuh sumur di lingkungan makam. Secara bergilir mereka membasuh muka dan membawa airnya untuk dibawa pulang. Ada pula yang membawa pulang uang saweran.
Apendi, seorang peziarah, menuturkan, tradisi Garebek Syawal bertujuan mendapat berkah. Hasil saweran dan padi yang didapatnya dari acara tersebut dibawa pulang dengan harapan hasil panennya akan berlimpah.
Sementara itu acara Garebek Syawal berakhir di depan Pintu Ong Tien, istri Sunan Gunung Jati yang merupakan bangsawan China.
Para peziarah datang dari berbagai daerah, tidak hanya dari Cirebon. Namun juga Bandung, Jakarta, Semarang, dan Serang.
(Anton Suhartono)