Bicara HAM, Menteri Tedjo Ungkit Kejahatan Westerling

Markus Yuwono, Jurnalis
Senin 09 Maret 2015 15:09 WIB
Menko Polhukam, Tedjo Edhy Purdjiatno (tengah) (Foto: Antara)
Share :

YOGYAKARTA - Menteri Koordinator Politik, Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam), Tedjo Edhy Purdijatno, menilai Australia dan Belanda amnesti sejarah. Hal itu diungkapkan karena mereka menuding Indonesia melanggar hak asasi manusia (HAM), terkait hukuman mati terpidana narkoba.

Sebab, kedua negara (Australia dan Belanda) juga melakukan aksi pelanggaran HAM berat pada masa lalu. Sejarah mencatat, mayat dengan jumlah sekitar 40 ribu yang merupakan rakyat sipil di Sulawesi Selatan jadi saksi bisu kejahatan HAM Kapten Raymond Westerling.

Sepanjang Desember 1946-Februari 1949, Westerling mengomandoi DST (Depot Speciale Troepen – pasukan khusus Kerajaan Hindia Belanda) yang melancarkan operasi “Counter Insurgency” di Makassar.

Belum lagi dengan “ulah” Westerling di Jawa Barat saat jadi dalang pemberontakan APRA (Angkatan Perang Ratu Adil). 23 Januari 1950, pasukan APRA menghabisi 94 anggota TNI, termasuk Letnan Kolonel Adolf Lembong di markas Staf Kwartier Territorium III, Divisi Siliwangi, Bandung.

Raymond Pierre Paul Westerling (Foto: Wikipedia)

"Mereka lupa bahwa yang mereka lakukan adalah pelanggaran HAM. (Raymond) Westerling pada 1947 melakukan pembantaian," ujarnya dalam Orasi Kebangsaan II di Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Senin (9/3/2015).

Kembali ke soal hukuman mati, Menteri Tedjo menilai tawaran barter tahanan menunjukkan Australia tidak memiliki etika karena tidak memahami hukum negara lain.

Meski begitu, dirinya memahami bahwa sebuah negara akan melindungi warganya. "Australia harus belajar etika di UGM ini,"tandasnya.

Dia mengatakan, Indonesia tidak akan melakukan negosiasi terkait terpidana mati. Meskipun diakui tedjo ada tekanan dari luar bahkan mengancam memboikot turis dan impor sapi dari Australia. "Kalau tidak boleh impor, paling mereka didemo pengusahanya sendiri,"ucapnya

Tedjo mengatakan, pihaknya pun balik mengancam akan meloloskan 10 ribu imigran gelap asal Timur Tengah yang akan ke Australia, di mana saat ini mereka masih ditahan di beberapa lokasi penampungan.

Dia menambahkan, seharusnya Australia berterima kasih kepada Indonesia karena menggagalkan penyelundupan narkoba. "Seharusnya mereka berterima kasih, kemarin ada narkoba yang diselundupkan ke Australia kita tangkap di Indonesia," katanya.

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita News lainnya