Parlemen Iran Tolak Akses ke Lokasi Sensitif

, Jurnalis
Senin 22 Juni 2015 14:09 WIB
Para Parlemen Iran. (Foto: AP)
Share :

TEHERAN – Negosiasi program nuklir terus berlangsung. Parlemen Iran melakukan pemungutan suara untuk melarang akses ke lokasi militer, dokumen dan ilmuwan Iran sebagai bagian dari kesepakatan atas program nuklirnya.

Rancangan Undang-Undang (RUU) itu, kalau disahkan, bisa menyulitkan pembicaraan yang sedang berlangsung di Wina antara Iran dan kelompok enam negara, yaitu Amerika, Inggris, Prancis, Rusia, China, dan Jerman, karena mereka menghadapi tenggat waktu tanggal 30 Juni.

Pembicaraan difokuskan pada pencapaian kesepakatan yang akan membatasi program nuklir Iran dan sebagai imbalannya, penghapusan sanksi ekonomi.

Dari 213 anggota parlemen yang hadir pada Minggu 21 Juni 2015, 199 mendukung RUU, yang juga menuntut pencabutan sepenuhnya semua sanksi terhadap Iran sebagai bagian dari perjanjian nuklir itu.

RUU itu harus diratifikasi oleh Dewan Pengawas, sebuah lembaga pengamat konstitusi, untuk disahkan menjadi undang-undang.

Persyaratan yang ditetapkan dalam RUU memungkinkan inspeksi internasional terhadap lokasi nuklir Iran, tetapi melarang inspeksi fasilitas militer Iran di mana pun.

"Badan Energi Atom Internasional, dalam batas-batas kerangka perjanjian itu, diperbolehkan melakukan inspeksi konvensional ke lokasi-lokasi nuklir Iran,” demikian pernyataan RUU, seperti diberitakan VoAIndonesia, Senin (22/6/2015).

"Akses ke lokasi militer, keamanan dan tempat-tempat yang nonnuklir yang sensitif, termasuk dokumen dan ilmuwan, dilarang,” sambungnya.

RUU ini juga mewajibkan menteri luar negeri Iran melapor kepada parlemen setiap enam bulan sehubungan pelaksanaan perjanjian itu.

Perunding nuklir Iran mengatakan, mereka telah sepakat untuk memberi inspektur PBB akses yang dikelola ke lokasi militer di bawah pengawasan ketat dan kondisi tertentu. Hal itu termasuk pengambilan sampel lingkungan di sekeliling lokasi militer itu.

Namun para pejabat Iran, termasuk Pemimpin Agung Iran, Ayatollah Ali Khamenei, telah menolak keras gagasan agar para inspektur PBB bisa mewawancarai para ilmuwan Iran.

Dalam pernyataan pada Minggu 21 Juni, Departemen Luar Negeri Amerika Serikat (AS) mengatakan, inspeksi tetap menjadi bagian penting dari sebuah kesepakatan akhir.

"Semua pihak sadar apa yang diperlukan bagi pencapaian kesepakatan akhir, termasuk akses dan transparansi. Kami tidak akan menyetujui sebuah kesepakatan tanpa hal itu," tegas Deplu AS.

(Hendra Mujiraharja)

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita News lainnya