JAKARTA - Pengamat transportasi Azas Tigor Nainggolan, menjelaskan, kecelakaan dua KRL di Stasiun Juanda yang terjadi Rabu 23 September 2015 merupakan bukti bahwa PT KRL dan PT KCJ belum memiliki sistem dan regulasi yang baik.
Menurutnya, maju dan mundurnya moda trasportasi sepur saat ini bergantung pada sosok dari pemimpin moda transportasi yang menjadi urat nadi dari masyarakat Jabodetabek.
"Kalau belajar dari pengalaman ini menunjukkan bahwa PT KAI dan PT KCJ belum memiliki sistem dan regulasi. Sistem dibangun karena figur, sehingga adanya peningkatan kualitas dari KRL ini lantaran adanya Ignasius Jonan kemarin. Ketika figur Jonan sudah hengkang masalah kembali berulang," ujar Azas saat berbincang kepada Okezone, Jumat (25/9/2015).
Menutur Azas, peristiwa kecelakaan antar-KRL di Stasiun Juanda membuat permasalahan moda transportasi ini menjadi terbuka ke publik. Sehingga, publik saat ini mengetahui bahwa PT KRL dan PT KCJ tidak memiliki Standar Operasi Prosedur (SOP) dalam pelaksanaanya.
"Buktinya kita tidak tahu bagaimana para korban diselamatkan. Korban dibiarkan terlambat saat dievakuasi dan tidak jelas rujukan rumah sakitnya," ungkap Azas.
SOP lainnya, lanjut Azas, yakni berupa penanganan para penumpang yang terlantar akibat kecelakaan KRL tersebut. Para penumpang, kata Azas, bahkan harus berjalan kaki untuk menuju stasiun berikutnya.
"Saya pernah ke Paris, Prancis jadi ada rel KA yang rusak. Dua stasiun sebelum dan sesudahnya itu diberikan bus alternatif kepada calon penumpang. Nah seharusnya PT KRL dan KCJ memberlakukan hal yang sama tidak melakukan pembiaran seperti itu," tandasnya.
(Muhammad Sabarudin Rachmat (Okezone))