LAS VEGAS – Debat calon presiden Amerika Serikat (capres AS) 2016 sejak awal bergulirnya diisi dengan adu argumen yang sulit dipisahkan oleh sang moderator, Chris Wallace. Beberapa kali jurnalis senior Fox News itu menengahi, tetapi tidak diindahkan.
Berdasarkan pantauan Okezone, Kamis (20/10/2016), Hillary Clinton dan Donald Trump terus saja asyik sendiri dengan komentar pedasnya masing-masing. Sampai-sampai Wallace menghela nafas dan tersenyum pasrah ke arah kamera.
Ketika waktu di Las Vegas menunjukkan pukul 21.37 ET, Wallace pun mengalihkan pertanyaannya ke soal ekonomi. Pertanyaan pertama dilempar kepada Hillary. Sang moderator menanyakan, “mengapa Hillary berpikir bahwa kebijakannya akan mampu menciptakan lebih banyak peluang kerja?”
Seperti diketahui, Hillary berencana untuk tidak menaikkan penarikan pajak bagi setiap warga sudah menikah yang memiliki pendapatan kurang dari USD250 ribu atau Rp3,2 miliar. Kebijakannya itu menurut Wallace mirip dengan kebijakan Presiden Barack Obama dan pada kenyataannya sama sekali tidak terbukti membantu meningkatkan perekonomian rakyat sebesar yang diharapkan.
Mantan menteri luar negeri AS itu kemudian memberikan pembelaannya. Hillary menjelaskan, sebenarnya kebijakan Obama sudah bagus. Langkah itu telah membantu AS keluar dari masa gelap, dari resesi ekonominya.
Hillary menyayangkan, “Dia tidak mendapatkan penghargaan yang layak ketika berada di posisi sesulit itu.”
Pernyataan ini lantas dipakai Donald Trump untuk melayangkan serangan. Pebisnis Manhattan itu percaya, kebijakan Bill Clinton semasa jadi presiden andil dalam keterpurukan ekonomi AS belakangan ini. Ia mengungkit soal penandatanganan kerjasama AS dengan Trans-Pacific, yang disebutnya sebagai salah satu keputusan terburuk.
“Dan sekarang, Hillary ingin melanjutkan perjanjian itu dan menandatangani Trans-Pacific Partnership,” tukasnya.
Sejurus kemudian Hillary membantah tuduhan itu. “Ketika saya melihat perjanjian akhirnya, saya bisa bilang kalau saya menentang,” ucapnya. Dia meyakinkan akan memegang kata-katanya ini sampai terpilih jadi presiden.
(Silviana Dharma)