IBU KOTA pada Jumat 4 November besok, akan disesaki massa demonstran dari ormas-ormas Islam dan beberapa elemen masyarakat lainnya. Keamanan kota pun siaga satu, terutama di sekitar ring 1 dekat Istana Negara, Jakarta Pusat.
Disebutkan, sekitar 100 ribu demonstran akan membanjiri Jakarta demi menuntut Gubernur DKI Jakarta nonaktif Basuki Tjahaja Purnama (Ahok), untuk diproses hukum dan diadili atas dugaan penistaan agama. Umat Islam tak terima Ahok melayangkan pernyataan kontroversialnya atas Surah Al Maidah 51.
Sejak beberapa hari lalu, aparat sudah mulai bersiap. Sejumlah tambahan personel pun didatangkan dari polres-polres di kota-kota satelit seperti Tangerang, Depok dan Bekasi.
Pengamanan Diperkaya TNI & Pasukan Asmaul Husna
Polisi dari unit khusus Brimob pun diterjunkan. Belum lagi dengan ekstra sokongan personel keamanan dari TNI. Tidak hanya dari Kodam Jaya (TNI AD), tapi juga Pasukan Khas (Paskhas) TNI AU. Suasananya seperti negeri kita mau berperang!
Apakah memang nantinya aksi demo 4 November ini bakal ricuh? Tentu tidak ada yang menginginkan hal itu terjadi, namun tidak salah buat aparat untuk bersiap atas segala kemungkinan.
Salah satu cara lain Polri untuk mengawal aksi demo besar-besaran besok secara persuasif, adalah dengan dibentuknya “Pasukan Asmaul Husna”. Terdiri dari sekira 30 personel Brimob yang berpeci putih dan bersorban.
(Baca: Amankan Demo 4 November, Polisi Bersorban Disiapkan)
Kapolri Jenderal Tito Karnavian dalam inspeksinya di Lapangan Monas, Jakarta Pusat pada Rabu 2 November kemarin, menyatakan bahwa “Pasukan Asmaul Husna” ini punya misi meredakan emosi dan membuat adem suasana hati demonstran.
Demi menguatkan hati dan menjaga emosi, para personel Polda Metro Jaya juga bahkan menggelar zikir dan doa bersama. Doanya tentu mengharapkan tidak ada gangguan dalam aksi demo 4 November dengan turut mendatangkan ulama ternama, Ustad Arifin Ilham.
“Ya Allah, berkahilah polisi dan TNI kami. Semoga penista agama diberikan hidayah dari Allah SWT. Semoga aksi damai ini berjalan lancar,” cetus Ustad Arifin Ilham dalam doanya di Masjid Al Kautsar Mapolda Metro Jaya, Kamis (3/11/2016).
(Baca juga: Doa Ustadz Arifin Ilham untuk Demo 4 November)
Massa yang berencana menggelar aksi unjuk rasa ini tidak hanya datang dari sekitar Ibu Kota. Melainkan juga dari beberapa daerah di Jawa Tengah, Jawa Timur, hingga Sumatera.
Sejumlah Perkantoran dan Pertokoan Pilih Tutup
Kian besarnya jumlah massa ini bahkan bikin takut beberapa pihak. Takut ricuh, takut rusuh dan akhirnya berubah chaos. Alhasil, beberapa kantor dan pertokoan memilih meliburkan para pekerjanya. Seperti di kawasan Jalam MH Thamrin, Jakarta Pusat dan Glodok, Jakarta Barat.
“Saya kemungkinan besar tutup toko besok. Pegawai diliburkan. Bukan apa-apa, sekadar antisipasi. Barang dagangan yang penting dan berharga dimasukkan lagi ke gudang. Ya namanya pedagang, wajar kalau jaga-jaga,” aku Romlan, salah satu pemilik toko di pusat bisnis Glodok, dikutip dari Koran SINDO edisi Kamis (3/11/2016).
Memang tidak semua kantor dan toko tutup. Tapi tetap saja isu bahwa demo 4 November berpotensi mengulang prahara 1998 tetap ada. Ini yang sebetulnya jadi pikiran yang salah.
Pasalnya, massa – terutama yang datang dari daerah ke Jakarta, ikut berdemo bukan untuk rusuh. Tapi murni untuk menuntut aparat menindak tegas penista agama. Seperti yang diungkapkan Agus, seorang demonstran yang datang dari Solo, Jawa Tengah.
(Baca juga: Jelang Demo, Massa dari Sumut dan Solo Sudah Tiba di Masjid Istiqlal)
Tuntutan Proses Hukum & Potensi Intervensi Jokowi
“Demi Allah, tidak ada maksud apa-apa selain ingin meminta Ahok dihukum. Saya meminta para polisi memegang teguh amanah sebagai penegak hukum,” tegasnya di Masjid Istiqlal, Jakarta Pusat, Kamis (3/11/2016).
Tujuan mereka tidak lain hanya ingin menyampaikan aspirasi. Makanya, pemerintah diharapkan tidak tutup kuping dan berkenan mendengarkan aspirasi mereka. Aspirasi yang menuntut proses, penegakan hukum secara transparan, serta kepastian hukum atas kasus dugaan penistaan agama oleh Ahok.
Jika aspirasi itu didengarkan, diproses dan dijalankan, maka niscaya takkan ada huru-hara lagi seperti 1998 silam. Ini yang terus-menerus coba didorong sejumlah ormas sebelumnya, seperti Front Pembela Islam (FPI), PP Muhammadiyah, Nahdlatul Ulama (NU), hingga Majelis Ulama Indonesia (MUI).
Diharapkan pula, seandainya Polri memproses hukum Ahok, agar Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) tidak mengintervensi. (Baca juga: Komnas HAM Minta Jokowi Pastikan Tidak Ada Intervensi Kasus Ahok)
“Pemerintah harus membuktikan bahwa Presiden Jokowi tidak dalam posisi membela Ahok, seperti dugaan yang berkembang di publik agar tuntutan publik betul-betul terukur. Kami tentu berharap agar dugaan tersebut tidak benar adanya,” ungkap Komisioner Komnas HAM Maneger Nasution.
Mantan Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono juga mencetuskan, bahwa Ahok harus segera diproses hukum. Karena kalau tidak, sampai lebaran kuda pun Ahok akan terus didemo. (Baca juga: SBY Minta Ahok Diproses Hukum)
Aksi demonstrasi begini sebetulnya mesti disikapi dengan biasa saja. Apalagi aksi menyampaikan aspirasi dengan demonstrasi atau unjuk rasa, sudah jadi hak setiap warga negara di negara demokratis seperti Indonesia.
Oleh karenanya, masyarakat diharapkan jangan takut dan jangan menganggap bahwa demo 4 November merupakan “momen horor” yang membuat enggan keluar rumah. Ini yang jadi perhatian pihak Istana, seperti yang disampaikan Sekretaris Kabinet Pramono Anung pada Rabu 2 November kemarin.
“Karena begitu luar biasanya perhatian yang diberikan pada rencana unjuk rasa besok, tentunya pemerintah antisipasi dengan baik. Jadi besok beraktivitas saja seperti biasa. Enjoy-enjoy saja, yang Jumatan, ya Jumatan. Yang beraktivitas, beraktivitas biasa,” timpal Pramono.
Waspada Provokator hingga Ancaman ISIS!
Tapi memang, jumlah massa yang sekian banyak menggeruduk Ibu Kota jadi satu persoalan tersendiri. Pasalnya penyusup atau provokator akan dengan mudahnya ‘nyempil’ di antara para demonstran yang murni ingin menyampaikan aspirasi.
Ini yang ingin diantisipasi aparat dengan menerjunkan sekira 18 ribu personel dengan dibantu TNI. Apalagi dengar-dengar, simpatisan kelompok radikal ISIS (Islamic States of Iraq & Syria) akan ikut berbaur di antara para pendemo lainnya.
Oleh karenanya, Polri juga disebutkan akan turut menyertakan Detasemen Khusus (Densus 88) dalam pengamanan. (Baca juga: Kapolri: Kelompok Simpatisan ISIS Ikut Demo 4 November)
“Ya, kami tahu bahwa cabang pendukung ISIS juga akan bergabung dalam demo 4 November dan mengambil keuntungan dari situasi tersebut. Pertanyaannya, apakah mereka akan memicu kerusuhan atau tidak?,” tandas Kapolri. (raw)