RASHIDIYA - Perang pembebasan Mosul dari ISIS mencuatkan sebuah kisah mengharukan. Peran utama dalam cerita ini adalah Ayman. Anak laki-laki dari komunitas Yazidi di Irak yang telah hilang sejak usianya yang keempat tahun.
Selama masa antah berantah itu, rupanya Ayman telah dijual oleh ISIS ke suatu keluarga Muslim di Rashidiya seharga USD500 atau Rp6,7 juta. Untungnya, keluarga ini sangat mengasihi dia dan membesarkannya seperti anak sendiri.
Orangtua angkatnya, Umm dan Abu Ahmed menurut lansiran Reuters, Sabtu (4/2/2017), tidak memiliki anak. Mendengar ISIS sedang menjual anak-anak yatim di Tel Afar, mereka pun berangkat untuk melihatnya sendiri. Di sana mereka bertemu pandang dengan Ayman, menaksir anak laki-laki itu dan memboyongnya pulang.
Abu Ahmed dan istrinya, Umm. (Foto: Reuters)
Sejak itu, Ayman menjadi anak mereka, Ahmed. Namun kepada para tetangga, mereka menyebutnya keponakan jauh yang dititipkan. "Tujuan saya adalah menyenangkan Allah. Sejujurnya, saya ingin mengajari dia agama saya, Islam," ujar ibu angkatnya.
Namun pasangan ini tahu, bagaimana pun Ayman adalah keturunan Yazidi. Dia tidak boleh seperti kacang lupa kulit. Umm dan suaminya mengajari Ayman mengaji dan bicara dalam bahasa Arab. Akan tetapi, mereka juga tak segan memancing Ayman menceritakan berulang-ulang tentang kampung halamannya di Hardan.
"Dia sangat cerdas. Saya mengajarkannya salat dan wudhu. Apa kau tahu berapa banyak ayat yang sanggup dia hafal?" urai Umm Ahmed, membanggakan putranya.
Kini, Ayman telah dikembalikan ke keluarga kandungnya. Nasib orangtua kandungnya masih belum diketahui. Sepengetahuan Umm, kakak perempuan Ayman sudah terjual sebagai budak militan. Dulu sekali, gadis malang itu sering dibawa berkunjung. Namun sudah tidak tahu lagi nasibnya sekarang.Sementara kakak laki-lakinya sudah lebih dulu terjual sebagai anak yatim sebelum Ayman dibeli.
Ketika tentara Irak membawa Ayman pulang ke kerabatnya yang tersisa, yakni nenek dan pamannya, dia sempat menolak. Sambil menganak sungai, ia melompat ke pelukan ayah dan ibu angkatnya. Seolah tak ingin berpisah juga.
"Beri kami waktu bersama, sebentar saja," pinta Umm. Perempuan bercadar ini berusaha menenangkan putra angkatnya. Ia berkata, "Ayman, kamu akan pergi dan bertemu dengan ibu kandungmu sekarang. Tapi ketika kamu besar nanti, kamu akan datang dan menemui saya."
Ayman memeluk neneknya. (Foto: Reuters)
Di sisi lain, neneknya sudah menunggu. Selama ini, keluarga mengira Ayman sudah meninggal atau direkrut ISIS menjadi militan cilik. Sampai pamannya, Samir Rasho Khalaf melihat postingan di Facebook pada 28 Januari 2017 tentang seorang anak Yazidi bernama Ayman Ameen Baraakat ditemukan pasukan Irak saat operasi pembebasan Mosul.
"Saya terkejut. Ini benar-benar keajaiban. Dia kembali dari kematian," selorohnya.
Ayman bersama pamannya, Samir Rasho Kalaf (kiri) di Duhok, Irak. (Foto: Reuters)
Pada malam yang sama, keluarga yang terpisah akibat perang ini, dipersatukan kembali. Pelukan hangat yang terlupakan, akhirnya meluruhkan keengganan Ayman untuk berpisah dari keluarga yang mengasuh dia dengan penuh cinta selama 18 bulan terakhir.
Beberapa hari kemudian, Ayman tampak bermain dengan gembira bersama anak-anak Yazidi sebayanya. Ketika ditanya, apakah dia bahagia bersama keluarga angkatnya, anak itu menjawab, "Ya." Lalu apakah dia senang bisa kembali ke keluarga kandungnya, Ayman mantap menjawab, "Ya."
Ayman duduk di tengah anak-anak Yazidi seusianya. (Foto: Reuters)