Sedangkan ciri lain seperti media yang hanya terbit ketika ada moment tertentu. Sehingga beritanya pun tidak secara lengkap disampaikan karena memunculkan artikel secara random. Ratna menduga hal tersebut dilakukan untuk kebutuhan kelompok tertentu.
"Terbitnya temporer, kadang terbit kadang tidak. Misal ada kepentingan dengan pejabat tertentu. Ya bahkan memeras. Bahasanya standar, tendensius, menjelekkan, memfitnah. Di frame isinya," ujarnya.
Kemudian, media yang tidak memakai bahasa dengan baik dan benar adalah salah satu media abal-abal. Bukan hanya itu, nama medianya pun dibuat seolah mengada-ngada.
"Ada media yang namanya memakai nama KPK, BIN, ICW dan Tipikor," tutupnya.
(Arief Setyadi )