HAMPIR di setiap gelaran akbar olimpiade musim panas, Alhamdulillah ada saja atlet Indonesia yang pulang bawa medali. Malah sejak 1992, nyaris tidak pernah para jagoan olahraga kita absen bawa oleh-oleh medali emas.
Kalau mau ngecek data-data ya terhitung sejak Olimpiade Musim Panas 1992 di Barcelona, Spanyol sampai sekarang, baru di Olimpiade London 2012 saja yang gagal mendapatkan sekeping emas.
Medali emas pertama Indonesia itu sendiri datang dari dua pebulutangkis yang ditakdirkan jadi suami-istri, yakni Alan Budikusuma (tunggal putra) dan Susi Susanti (tunggal putri) di Olimpiade Barcelona 1992. Terakhir, medali emas juga datang dari cabang bulutangkis yang dipetik pasangan ganda campuran, Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir di Olimpiade Rio de Janeiro, Brasil pada 2016 lalu.
Walau masih belum jadi olahraga paling digilai oleh masyarakat di Tanah Air, nyatanya cabang olahraga tepok bulu inilah yang acap mendatangkan emas buat kontingen Indonesia. Tapi jangan salah, medali pertama Indonesia di ajang olimpiade bukan datang dari bulutangkis, lho!
Datangnya dari cabang yang enggak jadi unggulan, yakni cabang panahan. Medali pertama Indonesia berupa sekeping perak yang tak ternilai harganya, pada perhelatan Olimpiade Seoul, Korea Selatan 1988 silam.
Indonesia sendiri pertama kali ikut olimpiade sedianya sejak 1952 di Helsinki, Finlandia. Tapi baru di Olimpiade Seoul 1988 itu kontingen Indonesia tak lagi pulang tanpa hasil.
Sekeping emas yang didapat dari cabang panahan kategori putri di nomor beregu. Kita patut respek, layak terus menaruh hormat pada ketiga srikandi peraihnya: Nurfitriyana Saiman Lantang (Yana), Kusuma Wardhani (Suma) dan Lilies Handayani.
Prestasi ketiganya juga tak lepas dari tangan dingin sang pelatih, Donald Djatunas Pandiangan. Mantan atlet panahan sarat prestasi berjuluk “Robin Hood-nya Indonesia”.
Sedikit banyak kisah perjuangan mereka terabadikan dalam sebuah film bertajuk ‘3 Srikandi’ produksi 2016 yang dibintangi Bunga Citra Lestari sebagai Yana, Chelsea Islan sebagai Lilies dan Tara Basro sebagai Suma. Tentu tidak ketinggalan tokoh Donald Pandiangan yang diperankan Reza Rahadian.
Awalnya di nomor individu, tak satupun dari ketiganya yang sukses berkalung medali. Emas nomor individu disapu bersih atlet panahan tuan rumah, Korea Selatan.
Asa medali dari kontingen Indonesia sempat nyaris pupus setelah beberapa atlet yang awalnya diunggulkan dari cabang-cabang lain seperti Mardi Lestari, Yayuk Basuki, Suharyadi, Donald Walalangi dan Adrianus Taroreh, gagal meraih medali.
Begitu juga dengan para lifter Indonesia, Dirja Wihardja yang harus puas ada di urutan 4 kelas 56 kilogram. Namun di cabang panahan yang menyisakan nomor beregu, tak disangka Yana, Suma dan Lilies sukses merebut perak, meski mulanya hanya dibebani target medali perunggu.
Di babak final panahan beregu putri, emas diamankan tim Korea Selatan dengan 982 poin. Sementara Indonesia sukses di tempat kedua dengan 952 poin dan tim Amerika Serikat harus puas hanya dengan perunggu.
Jelas gegap gempita penyambutan kepulangan mereka menggema sejak mereka landing di Bandara Soekarno-Hatta, Jakarta. Mereka bahkan diundang ke Istana Kepresidenan.
Sebagaimana dikutip pustaka ‘Presiden RI ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita: 1988’, ketiganya diundang Presiden Soeharto ke istana sebagai bentuk apresiasi. Ketiganya juga dijanjikan beasiswa Supersemar.
<iframe width="480" height="340" src="https://video.okezone.com/embed/MjAxNi8wNC8xOC82LzcyNDQxLzMv" sandbox="allow-scripts allow-same-origin" layout="responsive"></iframe>