PRESIDEN kedua Republik Indonesia, Soeharto, ternyata memiliki momen berkesan ketika menjalankan tugasnya kunjungan ke pelosok negeri. Peristiwa itu tentunya dialami bersama Ibu Negara Tien Soeharto.
Kisahnya berawal kala Pak Harto dan Ibu Tien menghadiri acara peringatan ke-67 Hari Ibu di lapangan rumput Kecamatan Mojosari, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur. Di sana, pasangan suami-istri pemimpin Tanah Air ini menggelar dialog dengan masyarakat, khususnya ibu-ibu.
Kemudian pada sesi tanya-jawab, ada seorang ibu bertanya kepada Pak Harto terkait keluarga. "Apa resep Pak Harto untuk membangun keluarga yang harmonis?" ucap ibu tersebut, sebagaimana dinukil dari buku 'Sisi Lain Istana' karya J Osdar, Kamis (10/8/2017).
Secara jelas, Pak Harto pun langsung memberikan rahasianya. "Saya selalu menasihati anak-anak saya agar tidak menempatkan diri mereka sebagai anak-anak presiden, karena jabatan presiden itu hanya 5 tahun. Setelah 5 tahun, kalian anaknya Pak Harto dan Bu Harto, bukan anak presiden lagi," beber Presiden Soharto yang disambut tepuk tangan meriah hadirin.
"Oleh karena itulah, sampai sekarang ini alhamdulillah mereka bisa menempatkan diri mereka sehingga tidak ada yang kelihatan mengagung-agungkan diri mereka dumeh (mentang-mentang) anak presiden," lanjut Pak Harto.
Selanjutnya ketika di dalam rumah, Pak Harto selalu menempatkan diri sebagai orang biasa, bukan kepala negara. "Saya di rumah di antara istri dan anak-anak merasa sebagai orang biasa, hanya secara kebetulan diberi kepercayaan rakyat untuk memimpin negara ini sebagai presiden. Kebetulan saya dipilih 6 kali, 5 tahun, 5 tahun, setelah itu berhenti," tuturnya.
Dalam wejangan yang cukup panjang lebar, Presiden Soeharto juga menegaskan bahwa manusia itu aja kagetan, aja gumunan, aja dumeh (jangan mudah terkejut, jangan mudah kagum, dan jangan mentang-mentang). "Kalau kita mendapat kedudukan, maka aja dumeh dadi presiden (jangan mentang-mentang jadi presiden), kemudian berbuat semaunya sendiri," jelas Pak Harto.
(Hantoro)