Simak! Babak Baru Seteru AS-Korut, dari Saling Ancam hingga Deklarasi Perang

Koran SINDO, Jurnalis
Rabu 27 September 2017 11:33 WIB
Ilustrasi BBC. (Foto: Getty Images dan Reuters)
Share :

SEOUL - Korea Utara (Korut) memperkuat pertahanan di wilayah pantai timur. Langkah ini diambil setelah Pyongyang mengatakan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mendeklarasikan perang.

Korut juga mengancam menembak jatuh pesawat-pesawat pengebom AS yang melintas dekat Semenanjung Korea. Ketegangan meningkat setelah militer Korut melakukan uji coba nuklir yang keenam dan yang terkuat pada Minggu (3/9). Retorika saling mengancam antara Presiden Trump dan Pemimpin Korut Kim Jong-un juga telah memasuki babak baru dalam beberapa hari terakhir.

Menurut Menteri Luar Negeri (Menlu) Korut Ri Yong-ho, Tweet Trump yang menyatakan Ri dan Kim Jong-un tak akan lama lagi ada adalah bentuk ancaman. Ri menilai pernyataan Trump sebagai deklarasi perang dan Pyongyang berhak mengambil langkah untuk menghadapinya. Menlu Ri menyampaikan hal itu setelah pertemuan tahunan Sidang Umum Per-se-rikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di New York, AS, Senin (25/9).

(Baca juga: Makin Panas! Korut Mobilisasi Pesawat Tempur Setelah Pembom AS Bermanuver)

“Seluruh dunia harus mengingat secara jelas bahwa pihak AS yang terlebih dulu menyatakan deklarasi perang terhadap negara kami,” ujar Menlu Ri dalam jumpa pers di New York, AS, seperti dikutip kantor berita Reuters.

Korut juga memiliki hak menentukan langkah antisipasi, termasuk menembak jatuh pesawat pengebom AS, bahkan jika pesawat tersebut tidak berada di wilayah perbatasan udara Korut.

“Pertanyaan siapa yang tak akan ada lebih lama akan segera terjawab,” ujar Ri.

Kantor berita Korea Selatan (Korsel) Yonhap melaporkan, Korut telah memperkuat pertahanan dengan mengerahkan pesawat-pesawat ke wilayah pantai timur. Tak hanya itu, Korut juga mengambil langkah lain setelah pesawat pengebom AS terbang dekat Semenanjung Korea pada akhir pekan lalu.

(Baca juga: Ngeri! Jika Perang AS-Korut Pecah, 20 Ribu Orang di Korsel Terbunuh Setiap Harinya)

Juru bicara Gedung Putih Sarah Sanders menyangkal tuduhan bahwa AS mendeklarasikan perang. Sanders menegaskan pernyataan itu tak berdasar. Juru bicara Kementerian Luar Negeri China Lu Kang menyatakan, peperangan di Semenanjung Korea tidak akan ada pemenangnya.

“Kami berharap bahwa para politisi AS dan Korut memiliki penilaian politik yang cukup untuk menyadari bahwa menempuh langkah militer tidak akan menjadi cara yang pantas untuk mengatasi masalah Semenanjung Korea, dan itu harus kesadaran mereka sendiri,” paparnya. Selain menyerukan dialog untuk menyelesaikan isu Korea, China juga mendukung sanksi PBB yang lebih keras terhadap Korut.

Ekspor bahan bakar asal China ke Korut berkurang pada Agustus lalu, termasuk impor bijih besi dari Pyongyang, seiring melemahnya perdagangan setelah sanksi terbaru PBB. Meski demikian, pengiriman batubara kembali menguat setelah lima bulan kosong, sesuai data bea cukai yang dirilis kemarin.

Di Moskow, Kementerian Luar Negeri Rusia menyatakan, pihaknya bekerja di belakang layar untuk menemukan solusi politik dan penggunaan sanksi terhadap Korut itu sudah maksimal. Saat mengunjungi India, Menteri Pertahanan AS James Mattis menjelaskan, upaya diplomatik untuk mengatasi krisis terus berlangsung.

“Anda telah melihat berbagai resolusi Dewan Keamanan PBB disahkan untuk meningkatkan tekanan, sanksi ekonomi, dan tekanan diplomatik pada Korut, dan pada saat yang sama, kita mempertahankan kemampuan untuk melawan ancaman paling berbahaya Korut,” katanya.

(Qur'anul Hidayat)

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita News lainnya