Bagi tentara sekarang, naik pangkat adalah hal yang cukup susah. Selain butuh waktu yang cukup lama, ia juga harus memiliki kemampuan lebih. Hal yang seperti ini tidak kita temui di masa lalu. Seseorang bisa naik pangkat hanya dalam waktu beberapa jam saja.
Syaratnya sendiri juga cukup mudah, yakni punya pengaruh dengan memiliki beberapa orang pengikut. Bung Karno sendiri pernah mengangkat seorang Letnan menjadi Mayor hanya dalam beberapa jam. Kita harus maklum karena negara memang sedang butuh perjuangan besar.
Sekarang
Salah satu jenis kenaikan pangkat di dalam tubuh TNI adalah Kenaikan pangkat TNI reguler. Kenaikan pangkat ini merupakan apresiasi dari pemerintahan kepada anggota TNI. Kenaikan pangkat ini diberikan pada anggoa TNI yang sudah mencapai waktu pengabdian tertentu dan juga telah memenuhi persyaratan untuk mengalami kenaikan jabatan. Kenaikan pangkat reguler ini diberikan pada anggota TNI setiap 4 tahun sekali.
Susunan dari pangkat anggota TNI dimulai dari Letda, seorang berpangkat Letda akan menndapatkan kenaikan jabatan menjadi Lettu setelah masa jabatan 3 tahun. Seorang anggota yang memiliki pangkat Lettu akan naik menjadi Kapten setelah mengalami masa jabatan selama 6 tahun.
Kapten menjadi Mayor membutuhkan waktu 11 tahun, kemudian Mayor di angkat sebagai Letkol ketika masa jabatan sudah mencapai 15 tahun, Letkol menjadi Kolonel membutuhkan waktu 19 ahun dan Kolonel menjadi Pati Bintang 1 ketika sudah menjabat 23 tahun.
Sedangkan untuk kenaikan pangkat khusus diperoleh untuk tiga kriteria yakni kenaikan pangkat medan tempur, kenaikan pangkat luar biasa, dan kenaikan pangkat penghargaan.
3. Senjata
Dulu
Tak seperti sekarang, dulu alutsista tentara Indonesia itu miris. Kita hanya punya sedikit sekali persenjataan. Alhasil, agar tetap bisa berjuang, ketika itu tentara harus berbagi senjata. Satu senapan dipakai untuk lima orang.
Senapannya sendiri adalah hasil rampasan dari Jepang atau sisa Belanda dan jumlahnya sangat sedikit dan kondisinya tidak layak. Makanya sangat masuk akal kalau orang-orang dulu hanya berjuang dengan memakai bambu runcing atau golok-golok, karena memang hanya itu yang dimiliki.