WASHINGTON - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengatakan bahwa dia mungkin akan bertemu dengan Presiden Rusia Vladimir Putin dalam tur kepresidenannya ke Asia yang direncanakan berlangsung selama 12 hari. Meski diterpa isu miring dan diselidiki seputar keterlibatan Rusia dalam kemenangannya dalam pemilihan presiden AS, Trump menyebut Putin sebagai tokoh yang “sangat penting”.
“Kita mungkin akan bertemu dengan Putin. Dan lagi, Putin sangat penting karena mereka dapat membantu kita dengan Korea Utara (Korut). Mereka dapat membantu terkait Suriah. Dan kami harus berbicara mengenai isu di Ukraina,” kata Trump sebagaimana dikutip Reuters, Sabtu (4/11/2017).
Trump akan mengunjungi Jepang, Korea Selatan (Korsel), Vietnam dan Filipina dalam tur 12 harinya ke Asia, perjalanan terpanjang yang pernah dilakukan Presiden AS ke Asia dalam dua dekade terakhir. Dia kemungkinan akan bertemu dengan sang Pemimpin Rusia di sela perhelatan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Organisasi Kerjasama Ekonomi Asia Pasifik (APEC) di Danang, Vietnam pekan depan, sebelum menghadiri KTT ASEAN di Manila, Filipina.
Juru Bicara Kremlin, Dmitry Peskov mengatakan, pertemuan tersebut mungkin terjadi dan saat ini sedang dikoordinasikan dengan pihak AS. Peskov menambahkan, segera setelah semua detail diklarifikasi, maka pertemuan tersebut akan diumumkan. Menurutnya, pentingnya pertemuan antara dua pemimpin negara besar dunia itu tidak bisa dipandang terlalu berlebihan.
Hubungan Rusia dan AS saat ini berada dalam tingkat yang sangat buruk dan berbahaya. AS telah menyita sejumlah aset dan properti milik Pemerintah dan Kedutaan Rusia di San Francisco atas tuduhan campur tangan Moskow dalam Pilpres AS tahun lalu. Langkah Washington tersebut membuat Kremlin murka dan menyatakan tengah mempersiapkan tuntutan hukum.
BACA JUGA: Wah! Trump Sebut Hubungan AS-Rusia Berada di Titik Terendah
Pemerintah Rusia telah memerintahkan Washington untuk mengurangi jumlah staf diplomatiknya di Rusia dan menyita dua fasilitas milik Kedutaan Besar (Kedubes) AS di Moskow sebagai balasan dari sanksi yang dijatuhkan AS kepada perwakilan Moskow di Negeri Paman Sam.
(Rahman Asmardika)