BADAN Nasional Pemberantas Kejahatan di Inggris (NCA) mengatakan, pihaknya menerima laporan tentang peningkatan jumlah korban pemerasan seks atau sextortion. Ada 1.304 kasus yang dilaporkan pada 2017, angka tersebut naik dari 428 kasus pada 2015.
Para korban kejahatan sextortion (dari sex: seks, dan extortion: pemerasan) ini umumnya adalah remaja pria yang berusia belasan hingga dua puluhan tahun yang dibujuk untuk memfilmkan diri mereka sendiri sambil melakukan tindakan seksual.
Adegan seks ini direkam secara diam-diam, dan kawanan penjahat itu pun melakukan pemerasan terhadap mereka. Menurut penyelidik NCA, 'puluhan ribu' orang terancam sextortion ini.
Mereka sempat menemui seorang laki-laki yang menjadi korban, sebut saja namanya Simon. Ia pun menjelaskan, bagaimana dirinya terkena tipu daya sang penjahat.
"Kejadiannya, layar komputer dipasang terbalik - agar saya bisa menonton video diri saya sendiri," katanya kepada kami.
Simon tak menyangka bisa mengalaminya. Awalnya, Simon yang berusia dua puluhan itu berkenalan dengan seorang perempuan di dunia maya yang ia pikir tertarik untuk menjalin hubungan dengannya.
Tak lama kemudian, mereka saling berkomunikasi melalui video, setelah itu ia pun semakin intim dengan perempuan itu. Kemudian, Simon setuju difilmkan saat melakukan masturbasi.
"Begitu saya melihat layar, saya tahu apa yang akan terjadi," kata Simon penyelidik NCA.
"Saya tahu hal semacam ini bisa terjadi, namun kita tidak pernah membayangkan itu terjadi pada kita sendiri," imbuhnya.
Mereka, cerita Simon, kemudian meminta £600 atau sekira Rp11 juta dengan mengancam bila tidak diberikan akan menyebarkan video tersebut ke keluarganya.
Simon baru menyadari bahwa dirinya menjadi korban pemerasan sebuah geng kriminal internasional, yang kemungkinan besar berbasis di Filipina.
"Saya tidak tahu bagaimana mereka memperoleh nama-nama serta rincian daftar teman-teman, keluarga dan rekan kerja saya.
"Saat itu terasa begitu menakutkan. Segala sesuatunya menjadi sangat serius," tuturnya.
Simon awalnya menuruti keinginan kelompok kriminal itu dengan mengirimkan uang senilai £150 (atau sekitar Rp2,8 juta) ke sebuah rekening bank di Filipina. Ia berharap, para pemeras itu tidak akan mengganggunya lagi.
Namun, ternyata mereka tidak berhenti sampai di situ. Tiga hari kemudian, mereka muncul lagi meminta tambahan uang. Simon lantas mengirimkan £150 lagi dan sejak saat itu ia tak mendengar kabar apapun dari mereka.
"Saya bukan saja merasa hancur, tetapi juga kecewa. Bahwa ada orang yang terpikir untuk melakukan hal ini kepada orang lain," katanya.
"Saya marah pada orang itu atas apa yang dia lakukan. Saya marah pada diri sendiri karena membiarkan hal itu terjadi. Pada dasarnya saya sangat bodoh. Saya cemas. Saya terguncang," imbuhnya.
Sejak peristiwa itu, Simon melapor kepada pihak kepolisian dan mendapat saran tentang bagaimana menangkap sang pemeras jika mereka kembali menghubunginya lagi.
Badan Nasional Pemberantas Kejahatan mengatakan, saran mereka bagi siapapun yang mendapati dirinya diperas dengan cara seperti ini, sederhana saja. Ia mengimbau jangan panik dan jangan mengirimkan uang tebusan, tapi hubungi polisi.
Kasus sextortion adalah jenis kejahatan yang jarang dilaporkan dan banyak korban yang datang ke polisi kerap tidak tahu siapa yang memeras mereka atau bagaimana mendapatkan uang mereka kembali.
Itulah salah satu alasan bahwa jumlah korban sebenarnya diperkirakan jauh lebih tinggi dibanding angka yang dilaporkan ke NCA.
Para penyelidik di lembaga tersebut yakin setiap tahunnya, di Inggris, para pemeras memperoleh uang jutaan poundsterling dari para korbannya.
Roy Sinclair dari NCA mengatakan pada Newsbeat, bahwa puluhan ribu orang, terutama para remaja pria, terancam bahaya sextortion.
"Ada yang mengirim uang dalam jumlah yang sangat besar dan kami mengetahui setidaknya lima orang mengakhiri hidup mereka karena merasa tidak ada jalan keluar untuk mengatasinya," ujarnya.
Sementara itu, Joanne Bocko dari Satgas Siber Kepolisian Avon dan Somerset mengatakan, banyak risiko serius bila melucuti pakaian di depan kamera.
"Anda harus waspada - begitu adegan kita direkam, maka rekaman itu beredar entah ke mana dan apa yang terjadi selanjutnya sudah berada di luar kendali Anda," katanya.
Menurutnya, kejahatan ini kemungkinan besar dilakukan oleh kelompok kejahatan terorganisir di Filipina dan Maroko. Pekerjaan mereka, kata dia, adalah meraup uang dari para korban di seluruh dunia.
Adapun seberapa serius masalah yang bisa ditimbulkan, Joanne mengungkapkan, secara gamblang, bahwa ada orang-orang yang mengakhiri hidupnya akibat tertimpa masalah seperti ini di Inggris. Jadi, akibat yang bisa ditimbulkan bisa sangat serius.
"Bayangkan saja - gambar-gambar Anda yang tidak senonoh atau bugil dikirimkan ke atasan Anda, teman-teman Anda, keluarga Anda. Ini bisa benar-benar menghancurkan dan mengerikan bagi orang-orang yang melihatnya," tuturnya.
Pihaknya pun menganjurkan siapa pun agar jangan mau bugil di depan kamera.
(Arief Setyadi )