Namun dirinya meyakini, bahwa tradisi tersebut memang sudah menjadi ciri khas dari masyarakat Betawi termasuk silat sejak kelahirannya di Jakarta. Selain itu kebiasaan itu juga tak hanya di kalangan orang berada, namun melebur menjadi satu bersama dengan masyarakat segala lapisan.
"Tradisi ini di kampung masyarakat ekonomi menengah sering melaksanakannya jadi bukan ekonomi yang tinggi. Hal itu untuk menunjukkan identitasnya dengan melakukan upacara ini, enggak mesti jawara, namanya silat sudah menjadi kehidupan mereka ya silat itu," ujar Siswantari.
Kendati kondisinya kini sudah sulit bersing dengan kemajuan zaman, keberadaan palang pintu masih tetap ada melalui sanggar-sanggar Betawi. Untuk itu kata dia, pelestarian terhadap kebudayaan itu sendiri perlu tetap dijaga.
"Karena kan kaitannya dengan pelestarian budaya buat masyarakat Betawi untuk menunjukkan jati diri, identitas budaya ini perlu, kalau dalam perkawinan dia ekonominya kuat enggak ada salahnya buka palang pintu ini, saya pikir ini satu hal yang bagus untuk melestarikan budaya," ucapnya.
(Rizka Diputra)