Di sisi lain, Nono menjelaskan saat ini kondisi ekonomi China lebih baik dari negara-negara di Asia. Fakta-fakta tersebut harusnya menyakinkan bahwa Indonesia perlu pendekatan baru untuk mensejahterahkan rakyat dan menentaskan kemiskinan.
“Itulah sebabnya ikatan bilateral kedua negara tidak harus goverment to goverment. Model hubungan bilateral kedua negara perlu juga people to people agar kedua negara bisa lebih dalam ikatan emosinalnya,” kata Nono.
Selain itu, potensi kerja sama Indonesia dan Tiongkok melalui pendekatan people to people bisa menjadi trigger. Seperti strategi untuk menggurangi kemiskinan di China dalam menciptakan lapangan kerja yang masif dan berkelanjutan. “Tiongkok membangun pembangunan dimulai dari desa pada sektor pertanian dan pengembangan UMKM-nya,” ujar Nono.
Nono menilai bahwa Indonesia juga perlu merubah persepsi pengembangan UMKM agar tidak kalah saing dengan Tiongkok. Bahkan UMKM di Tiongkok bisa menciptakan onderdil pesawat terbang dan mobil. “Di Indonesia hanya baru di bidang garmen atau cemilan dan lainnya. Tentu saja kita kalah saing dengan Tiongkok. Maka harus ada kemaum dari segenap kompenen bangsa untuk mengubah persepsi ini, Indonesia pasti bisa,” tuturnya.
(Risna Nur Rahayu)