JAKARTA - Kementerian Pertanian (Kementan) bersama stakeholder lainnya menerjunkan tim pemeriksa hewan kurban guna menjamin kesehatan hewan yang akan disembelih pada perayaan Iduladha 1440 Hijriyah.
Hal tersebut dilakukan guna untuk mencegah zoonosis atau penyakit ternak yang dapat menular ke manusia, misalnya saja antraks (sapi gila).
Direktur Kesehatan Hewan Kementan RI, Fadjar Sumping Tjatur Rasa, mengatakan pihaknya menerjunkan tim pemeriksa kesehatan hewan kurban sebanyak ribuan orang di seluruh Indonesia. Sedangkan di wilayah Jabodetabek jumlahnya sekira 400-an.
Tim ini terdiri dari Kementan, dinas terkait, mahasiswa kedokteran hewan perguruan tinggi, beserta kelompok lainnya.
“Untuk Jabodetabek sekitar 400 orang. Tapi kalau se-Indonesia mungkin bisa (ribuan). Nanti di tiap daerah juga dinas berkoordinasi dengan perguruan tinggi setempat,” kata Fadjar saat berbincang dengan Okezone, beberapa waktu lalu.
Ia menerangkan pada dasarnya tim tersebut merupakan satu kesatuan. Namun pada praktiknya akan terbagi dua. Tim yang satu akan memeriksa kesehatan hewan kurban dari kandang asalnya atau sebelum dimobilisasi. Kemudian ada tim lainnya yang akan mengecek kesehatan hewan di tempat penampungan tujuan.
“Tim yang tangani kesehatan sebelum dijadikan hewan kurban di daerah asal itu masih dari kesehatan hewan. Tapi kalau di penampungan dan pemotongan dari kesehatan masyarakat veteriner,” terangnya.
Fadjar berujar, hanya hewan yang sudah mendapat Surat Keterangan Kesehatan Hewan (SKKH) yang boleh dimobilisasi ke tempat lainnya. SKKH didapat setelah dokter melakukan pemeriksaan terhadap hewan tersebut.
Hewan yang sehat pada umumnya memiliki ciri-ciri lincah, segar, tidak ada cacat fisik dan mudah makan. Sedangkan hewan yang terindikasi berpenyakit umumnya lemas, mengeluarkan cairan dari telinganya, ataupun ada luka di tubuhnya.