LONDON - Boris Johnson Perdana Menteri Inggris terpilih akan menggantikan Theresa May setelah memenangi kepemimpinan partai berkuasa, Partai Konservatif pada Selasa, 23 Juli.
Saat menjadi wali kota London, Johnson mengunjungi Jakarta pada 2014 dan menyatakan ingin meniru program hari bebas kendaraan (car free day) di ibu kota setiap hari Minggu.
Ia mengatakan saat itu, "Akan meminta unit Transportasi London untuk mempertimbangkan ide (car free day) ini."
Ia sempat bersepeda dengan Presiden Joko Widodo dan menyatakan, "Sensasional ya? Saya sangat terkesan dengan popularitas car-free day pada hari Minggu."
Johnson mengalahkan Menteri Luar Negeri Jeremy Hunt dalam pemungutan suara di kalangan anggota Partai Konservatif dengan meraih 92.153 suara sementara Hunt mencapai 46.656.
Baca juga: Aksi Theresa May Berjoget Jelang Mundur dari PM Inggris
Baca juga: Inggris Buru Pembocor Telegram yang Sebut Pemerintahan Trump Ceroboh dan Tidak Kompeten
Dalam sistem pemerintahan di Inggris, Ketua partai yang berkuasa secara otomatis akan menjadi perdana menteri negara itu.
Theresa May akan secara resmi meninggalkan jabatannya pada Rabu, 24 Juli setelah pergi ke Istana Buckingham untuk bertemu Ratu Elizabeth, yang akan secara resmi mengangkat Johnson sebagai perdana menteri yang baru.
Johnson juga mantan Menteri Luar Negeri Inggris pada era Theresa May, namun mengundurkan pada tahun lalu.
Ia merupakan tokoh penting diri agar Inggris keluar dari Uni Eropa (Brexit).
Dalam pidatonya, Johnson mengatakan akan menyelesaikan Brexit pada 31 Oktober dan "menyatukan negara", pernyataan yang mengacu pada perpecahan terkait isu rencana keluarnya Inggris dari Uni Eropa.
"Saya mengatakan kepada yang ragu-ragu, kita akan mengangkat semangat negara, kita selesaikan Brexit pada tanggal 31 oktober dan kita akan mengangkat semangat baru bahwa kita bisa," katanya.
(Rachmat Fahzry)