"Sebenarnya dulu gak lama (main game). Tapi semenjak dia, kan pernah punya gangguan ya, agak-agak depresi dulu. Di sekolah juga gak nyaman karena gurunya galak. Sama teman-temannya mungkin, ya sering dibully juga. Akhirnya dia sering nggak masuk, sampai-sampai sudah DO. Karena nggak sekolah-sekolah lagi, keasikan main game," jelasnya.
"Dia juga jadi malas ibadah, emosinya juga tinggi apalagi kalau diambil handphonenya, susah tidur karena pengennya main game terus, sama itu suka marah-marah," akunya.
Bagio sendiri tak menyangka jika handphone yang awalnya diberikan untuk menjadi penyemangat anaknya bersekolah, ternyata berbuah malapetaka. Sang anak menjadi seorang pecandu game yang biasa menghabiskan waktu bermain game 5-7 jam dalam sehari.
"Saya kasih (handphone) satu setengah tahun lalu. Tadinya biar dia lebih semangat untuk sekolah sebenarnya, ternyata malah jadi boomerang buat orangtuanya. Jadi anaknya keasikan dengan main gamenya. Sehari bisa lebih dari 7 jam," ungkapnya.
Merasa anaknya sudah memiliki kecanduan game akut yang sudah merusak kepribadiannya, pihak keluarga akhirnya berinisiatif membawa Yuda ke Yayasan Jamrud Biru yang terletak di Kampung Babakan Jalan Asem Sari II RT 03 RW 04, Kelurahan Mustikasari, Mustikajaya, Kota Bekasi, Jawa Barat. Yuda merupakan pasien keempat yang dirawat akibat kecanduan game online.