WUHAN - Perawat di China secara sukarela mencukur rambut mereka untuk mengurangi risiko kontaminasi silang saat menghadapi virus korona di rumah sakit di Wuhan. Mencukur kepala hanyalah salah satu contoh pengorbanan yang dilakukan para staf medis saat mereka berjuang di garis depan epidemi.
Hingga, Selasa, 11 Februari 2020, virus korona baru, atau yang dikenal sebagai 2019-nCoV itu telah menewaskan lebih dari 1.000 orang, dengan hampir 43.000 kasus infeksi yang terkonfirmasi.
BACA JUGA: Korban Tewas Virus Korona Tembus 1.018 Orang
Sebuah video yang di-posting oleh People's Daily China, harian terbesar di negara itu, menunjukkan perawat dari Provinsi Shaanxi mencukur rambut mereka sebelum dikirim ke Wuhan.
Video lain yang di-posting kantor berita Xinhua menyebutkan, selain mengurangi potensi penyebaran patogen, tidak memiliki rambut juga membuat proses mengenakan dan melepas jubah pelindung atau hazmat, menjadi lebih mudah.
Respect! A team of nurses in NW China's Shaanxi shaved their hair before coming in for duty amid coronavirus outbreak to avoid cross-infection. pic.twitter.com/XpseMgSsg9
— People's Daily, China (@PDChina) February 6, 2020
Media lain, China Daily melaporkan, Shan Xia, seorang perawat yang bekerja di Rumah Sakit Renmin Universitas Wuhan, mencukur semua rambutnya pada akhir Januari 2020.
Staf rumah sakit di Wuhan berusaha keras untuk menghemat waktu dan merawat lebih banyak pasien, termasuk dengan mengenakan popok dewasa alih-alih istirahat di kamar mandi.
Coronavirus-fighting nurses cut hair short before heading to Wuhan to aid the battle against the epidemic. #FightVirus pic.twitter.com/lcjk8G6PDw
— China Xinhua News (@XHNews) February 10, 2020
Business Insider Singapore melaporkan, dampak dari upaya keras itu terlihat pada fisik para petugas medis. Kulit beberapa di antara mereka terlihat lebih putih karena disinfekstan, sementara wajah mereka menunjukkan garis-garis dari masker yang begitu sering dikenakan.
BACA JUGA: Presiden Xi Jinping Inspeksi Tim Medis Virus Korona dan Temui Warga
Beban emosional juga tampak jelas, dengan beberapa dokter tampak sangat kelelahan saat berjuang dengan volume kasus yang terus meningkat.
"Saya pikir ini merupakan tekanan bagi setiap dokter dan setiap perawat di Wuhan, baik secara fisik maupun mental," kata Candice Qin, seorang terapis yang berbasis di Beijing kepada The Washington Post. "Kita tahu bahwa pasien khawatir, tetapi kita harus ingat bahwa dokter juga manusia."
(Rahman Asmardika)