JATENG - Seorang bocah berusia delapan tahun di Grobogan, Jawa Tengah harus berbaring lemah selama empat tahun ini karena mengidap penyakit lumpuh. Kini bocah itu hanya bisa menangis ditempat tidur, sementara orangtua kedua orangtuanya pasrah sudah tidak sanggup lagi membiayai pengobatan.
Chika bocah warga Desa Truwolu, Kecamatan Ngaringan, Grobogan, Jawa Tengah, kondisinya kian memprihatinkan, seluruh anggota tubuh sudah tidak bisa digerakkan seperti anak-anak normal, karena seluruh tulang persendian seluruh tubuh sudah kaku.
Sujarwo dan Muntinah, orang tua Chika terlihat sangat sabar selama empat tahun harus merawat anak keduanya dalam kondisi seadanya seperti ini.
Kini, orangtua Chika sudah tidak tahu harus kemana lagi mencari biaya untuk pengobatan putrinya. Bahkan Chika sudah tidak mendapatkan terapi dokter selama lebih dari dua tahun akibat kehabisan biaya.
“Sudah habis barang berharga kami jual untuk biaya pengobatan, tetapi belum juga ada tanda-tanda kesembuhan. Sekarang kami hanya bisa pasrah dan berdoa,” kata Sujarwo.
Chika sendiri menurut si ibu, Muntinah mengalami kelumpuhan pada usia empat tahun saat sedang masuk pendidikan usia dini. Tiba-tiba bocah malang tersebut terjatuh seperti orang tidak memiliki tenaga.
Saat kejadian, orangtua Chika membawanya berobat ke berbagai tempat seperti alternatif dan non medis namun tidak kunjung sembuh dan kondisi semakin memburuk.
Anehnya, saat dibawa ke rumah sakit untuk ditangani dokter spesialis justru Chika dianggap tidak mengalami sakit apapun. Tentu ini membuatnya bingung, sakit apa yang didera sang putri.
Ditambah lagi, sang ayah, Sujarwo yang hanya bekerja sebagai buruh banguna ini mengaku sudha tidak bekerja lagi selama enam bulan akibat corona, sehingga sudah tidak ada lagi pemasukkan.
Hariyanto Nugroho, Kepala Desa Truwolu mengaku selama ini pihak desa selalu membantu keluarga Sujarwo dengan memberikan BPNT atau bantuan pangan non tunai sebulan sekali.
Pihak desa juga akan berkoordinasi dengan dinas sosial untuk memberikan bantuan terapi kepada sang anak jika masih memungkinkan untuk pemulihan tulang yang sudah kaku, mengingat usia anak yang masih memungkinkan untuk bisa sembuh.
Sebelum mengalami kelumpuhan, Chika sempat menikmati sepeda mini yang dibelikan oleh orang tuanya. Selain Chika, anak pertama Sujarwo dan Muntihan juga mengalami kelumpuhan yang sama hingga akhirnya meninggal dunia beberapa tahun lalu.
Keluarga chika kini sudah masuk dalam daftar penerima program keluarga harapan atau PKH pihak desa berharap agar pemerintah juga memperhatikan anak-anak disabilitas dari keluarga miskin yang kini terdampak akibat virus corona.
(Amril Amarullah (Okezone))